Nico Thomas: Semoga Ada Orang Indonesia Ketiga Raih Emas Tinju Asian Games 2018

Nico Thomas: Semoga Ada Orang Indonesia Ketiga Raih Emas Tinju Asian Games 2018
Nico Thomas menjadi satu dari tujuh atlet legendaris Indonesia yang menjadi torch bearer dalam torch relay Asian Games. 2018. (c) Bola.net

Bola.net - - Bagi pecinta Mike Tyson, Evander Holyfield, hingga Ellyas Pical, nama Nico Thomas pasti bukanlah sesuatu yang asing untuk didengar. Petinju kelahiran Ambon ini merupakan salah satu atlet yang pernah bikin Indonesia berani mendongakkan kepala di dunia tinju. Dari gerakan dan pukulannya yang lincah, ia menjadi juara dunia tinju kelas terbang mini versi IBF di tahun 1989. Selain itu, sepanjang karier bertinjunya, dirinya juga pernah menyabet medali perak di Sea Games Bangkok, 1985, serta medali emas di Piala Presiden IX, tahun 1986.

Sebagai salah satu legenda tinju Tanah Air, bukan berlebihan pula bila Grab, sebagai official mobile platform partner Asian Games 2018, mengajak Nico Thomas untuk terlibat dalam kampanye #KemenanganItuDekat. Sebuah program yang mengajak para pahlawan olahraga Indonesia untuk ikut serta dalam kemeriahannya.

Nico sendiri merupakan satu dari atlet legendaris Indonesia yang digandeng Grab untuk turut serta dalam kirab obor Asian Games 2018. Selain Nico ada pula Ellyas Pical (tinju), Pascal Wilmar (bola voli), Sutiyono (balap sepeda), Tati Sumirah (bulutangkis), Alexander Pulalo (sepak bola), dan Abdul Rozak (taekwondo). Untuk Abdul Rozak baru akan menjadi torch bearer saat torch relay Asian Games tiba di Kota Banjarmasin pada 30 Juli 2018 mendatang.

Meski bahagia karena sudah bisa berlari bersama obor Asian Games 2018, Nico mengaku khawatir dengan peluang Indonesia untuk merebut medali emas di event tersebut. Maklum, cabang olahraga ini terakhir mendapatkan medali adalah di Asian Games 1998, di mana Hermansen Ballo dan Willem Papilaya masing-masing mendapatkan medali perak.

Berbicara kepada Bola.com, Rabu (25/7/2018), Nico berpendapat bahwa atlet petinju Indonesia di Asian Games belakangan seperti kehilangan daya juang. Mental yang lemah membuat medali yang didambakan tak kunjung datang.

"Pertama, semua itu balik lagi ke tiap-tiap individu petinju. Sebagai petinju ya harusnya lebih giat berlatih lagi. Jangan mudah menyerah dan jangan cepat berpuas diri," katanya.

Selain itu, Nico juga sumbang saran kepada PB Pertina, sebagai induk olahraga tinju Indonesia, supaya tidak asal-asalan dalam menunjuk pelatih.

"Kedua, yang melatih atau pelatihnya itu harusnya betul-betul mantan atlet yang berprestasi. Supaya apa? Supaya petinju yang latihan itu termotivasi untuk menjadi seperti pelatihnya. Kalau pelatihnya yang asal usulnya tidak jelas dan tiba-tiba jadi pelatih, kan kasihan petinjunya. Ya minimal pelatihnya pernah berprestasi di Asian Games," terang pria berusia 52 tahun ini.

Dalam Asian Games 2018, Indonesia pasang target satu medali emas dari cabang olahraga tinju. Mereka yang bakal bertanding adalah Mario Blasius Kalli (kelas 49 Kilogram), Aldoms Suguro (52 Kilogram), Sunan Agung Amoragam (56 Kilogram), Farrand Papendang (60 Kilogram), Libertus Gha (64 Kilogram), dan Saroha Tua Lumbantobing (69 Kilogram).

Harapan Nico, nantinya salah satu dari para petinju tersebut bisa meraih prestasi gemilang di ring tinju Asian Games 2018. Sekaligus menjadi orang Indonesia ketiga yang mampu meraih emas di kompetisi tersebut.

"Saya harapkan ada orang Indonesia ketiga yang mampu meraih medali emas di Asian Games. Jangankan medali emas, sampai di final saja saya sudah bersyukur," kata Nico Thomas.

Bukan hanya fisik, mental, dan pelatih. Bila ingin tinju Indonesia bisa berjaya kembali di Asian Games 2018, perlu ada sikap aktif dari masyarakat dengan memberi dukungan langsung di setiap pertandingan. Ajak para petinju yang bertanding untuk meyakini bahwa #KemenanganItuDekat dan merebut medali emas adalah hal yang tidak mustahil untuk diwujudkan.