Dari Lapangan Hijau ke Sirkuit, Deretan Pesepak Bola yang Berubah Jadi Pembalap

Dari Lapangan Hijau ke Sirkuit, Deretan Pesepak Bola yang Berubah Jadi Pembalap
Jerzy Dudek (c) Instagram/jerzydudek_official

Bola.net - Bagi pesepak bola, terutama yang bermain di kompetisi Eropa, mengendarai mobil sport adalah hal yang jamak. Bahkan, banyak di antara para pesepak bola ini yang terkenal sebagai speed junkie, doyan kebut-kebutan dengan mobil-mobil sport mereka.

Frank Lampard, Roberto Firmino, dan Karim Benzema, adalah sebagian pesepak bola yang dikenal sebagai jago ngebut di jalanan. Beberapa kali, mereka bahkan terkena denda akibat ulah tersebut.

Namun, ada juga sosok-sosok dari lapangan hijau yang memilih menyalurkan hasrat ngebut mereka dengan lebih profesional. Mereka memilih menginjak pedal gas dalam-dalam di sirkuit dan ajang balapan resmi.

Sebagian besar, sosok-sosok yang memilih jalur resmi ini merupakan sosok yang sudah gantung sepatu dari lapangan hijau. Maklum saja, lazimnya, ada klausul dalam kontrak yang melarang para pemain aktif untuk melakukan hal-hal yang berisiko, termasuk balapan.

Siapa saja pesepak bola yang beralih dari lapangan hijau ke sirkuit? Simak artikel selengkapnya di bawah ini.

1 dari 4 halaman

Jerzy Dudek

View this post on Instagram

A post shared by Jerzy Dudek Official (@jerzydudek_official) on

Selama karirnya di lapangan hijau, Dudek memang tak terlalu akrab dengan kecepatan. Maklum saja, posisinya adalah penjaga gawang.

Namun, setelah pensiun pada 2011 silam, eks penggawa Liverpool dan Real Madrid ini kembali ke cinta sejatinya, dunia balap mobil. Pria, yang saat ini berusia 47 tahun tersebut, mengikuti sejumlah seri balapan mobil. Salah satunya adalah Volkswagen Castrol Cup, sebuah kejuaraan balapan yang dihelat di sejumlah sirkuit Eropa Timur.

"Balapan mobil adalah hasrat saya sebelum bermain sepak bola. Saya sempat menjadi pembalap gokar. Namun, saya berhenti balapan ketika menjadi pesepak bola profesional," kata Dudek, seperti dilansir laman resmi Liverpool.

"Setelah pensiun, saya rindu adrenalin, yang biasanya muncul dalam pertandingan. Kita semua perlu hasrat dalam kehidupan. Inilah yang membuat kita terus berjalan. Balapan mobil memberi saya banyak kesenangan. Saya sangat mencintainya," ia menandaskan.

2 dari 4 halaman

Fabien Barthez

View this post on Instagram

A post shared by Fabien Barthez (@fabienbarthez_16) on

Setali tiga uang dengan Dudek adalah Fabien Barthez. Eks kiper Manchester United ini memulai seri balapan pertamanya pada usia 36 tahun, setahun setelah ia gantung sarung tangan kiper. Waktu itu, ia berlaga pada ajang Porsche Carrera Cup di Prancis.

Setelahnya, Barthez mengikuti sejumlah ajang seperti French GT Championship, Bioracing Series, dan Caterham Sigma Cup France. Pria yang saat ini berusia 49 tahun tersebut pertama kali naik podium pada ajang FFSA GT Championship.

Pada 2014, Barthez menjajal tantangan yang lebih besar. Ia naik kelas dan bertarung pada ajang balapan ketahanan legendaris, Le Mans 24. Pada ajang tersebut, ia tampil lumayan bagus dan finish di peringkat ke-29.

"Saya selalu cinta dengan olahraga otomotif. Bahkan ketika saya masih aktif bermain bola, hal ini selalu menggoda saya," ucap Barthez, seperti dikutip dari The Sun.

"Olahraga ini tak seperti sepak bola. Kita masih bisa tampil bagus kendati sudah berusia 35 tahun, usia di mana saya pensiun dari sepak bola," imbuhnya.

3 dari 4 halaman

Andre Villas-Boas

View this post on Instagram

A post shared by André Villas-Boas (@officialandrevillasboas) on

Berbeda dengan Barthez dan Dudek yang lebih banyak balapan di sirkuit, Andre Villas-Boas memilih ajang yang lebih menantang. Eks Pelatih Chelsea ini memilih terjun pada ajang reli paling ganas di dunia, Reli Dakar.

"Reli Dakar sudah mengusik pikiran saya sejak beberapa waktu lalu. Balapan ini mengalir di darah keluarga saya. Impian saya adalah bisa mengikuti reli ini," tutur Villas-Boas, seperti dilansir laman resmi Reli Dakar.

Villas-Boas mengikuti reli ini pada 2018 lalu. Namun, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, pelatih asal Portugal ini harus mundur dari reli tersebut usai mengalami insiden pada stage keempat.

Dalam insiden, yang terjadi di Peru ini, mobil Toyota Hilux, yang dikendarainya, menghantam gumuk pasir. Walhasil, ia mengalami cedera di tulang rusuk dan punggung, yang menyebabkan pria yang kini berusia 42 tahun tersebut tak bisa melanjutkan balapan.

"Sayangnya, saya tak bisa melanjutkan balapan. Namun, ini adalah bagian dari reli Dakar," tuturnya pada BBC Sport, usai insiden tersebut.

4 dari 4 halaman

Santiago Canizares

View this post on Instagram

A post shared by Santiago Cañizares (@santicanizares) on

Santiago Canizares menambah panjang daftar pesepak bola yang beralih ke dunia balapan. Mantan kiper Valencia dan Real Madrid ini merintis karir sebagai pembalap seusai pensiun dari lapangan hijau, pada 2008 lalu.

"Saya selalu menikmati mengendarai mobil balap sejak pensiun dari sepak bola. Ketika karier sepak bola saya usai, saya bisa bebas mengambil risiko dan merealisasikan impian menjadi pembalap," ungkap Canizares, pada 247valencia.

"Ini adalah pengalaman yang sangat emosional," sambungnya.

Pada 2010, kiper asal Spanyol ini tampil di Kejuaraan Reli Sierra Morena. Setahun berikutnya, ia membela tim Suzuki Ibérica Motor Sport dan ikut serta dalam Spanish Historic Rally Championship. Pada 2016, ia mengikuti reli Sierra Morena.

17 Juni 2017, dengan mengendarai Porsche 977, Canizares sukses menjuarai Rally de la Ceramica. Selain itu, ia juga mampu naik podium pada ajang Rally Ciudad de Valencia-Memorial Javi Sanz.

Sebagai pembalap profesional, Canizares pun pernah mengalami kecelakaan. Pada 2016, mobil Suzuki yang ia kendarai melintir keluar lintasan pada ajang Sierra Moreno Rally, yang dihelat di bagian selatan Provinsi Cordoba.

Banyak orang yang cemas dengan kondisi Canizares akibat kecelakaan tersebut. Namun, dengan santai, ia hanya berkata, "Di sepak bola, ini sama seperti terkena tekel."

(Bola.net/Dendy Gandakusumah)