Tak Lihat Target Baru, Alasan Lorenzo Tinggalkan Yamaha

Anindhya Danartikanya | 13 Desember 2018 09:40
Tak Lihat Target Baru, Alasan Lorenzo Tinggalkan Yamaha
Jorge Lorenzo (c) Ducati

Bola.net - - Jorge Lorenzo memulai kariernya di MotoGP sebagai pebalap Yamaha Factory Racing pada 2008 lalu. Sangat menyatu dengan YZR-M1, ia pun berhasil meraih tiga gelar dunia bersama pabrikan Garpu Tala dan konsisten berada di zona tiga besar. Kesuksesan ini lah yang sempat membuatnya sempat ingin pensiun sebagai ikon Yamaha.

Meski begitu, pendiriannya goyah pada pertengahan 2016, di mana ia mendapat tawaran dari Ducati Corse untuk menggantikan Andrea Iannone. Lorenzo melihat tawaran ini sebagai tantangan baru, dan dalam dirinya, muncul sebuah tekad untuk menjadi juara pertama Ducati sejak Casey Stoner pada 2007.

Advertisement

Por Fuera akhirnya menerima pinangan Ducati, dengan bayaran 25 juta euro untuk dua musim (2017-2018), yang disebut-sebut sebagai bayaran terbesar di grid MotoGP selama 10 tahun terakhir. Ia juga kembali bekerja sama dengan sang engineer andal, Gigi Dall'Igna, serta bertandem dengan rival bebuyutannya di kelas GP125 dan GP250, Andrea Dovizioso.

1 dari 2 halaman

Kurangnya Motivasi

Kurangnya Motivasi

Jorge Lorenzo (c) AFP

Lorenzo pun mengaku dirinya punya banyak kenangan manis bersama Yamaha, menyebut pabrikan Jepang ini berjasa besar dalam mewujudkan impiannya menjadi juara dunia di kelas tertinggi. Meski begitu, usai sembilan musim bekerja sama, Lorenzo merasa motivasinya semakin berkurang dengan lingkup kerja yang itu-itu saja.

"Hidup adalah soal tantangan dan menjadi orang yang lebih baik. Anda harus terus belajar hal baru. Ada kalanya di Yamaha saya merasakannya. Di sana saya jadi juara dunia dan mewujudkan impian sejak kecil. Saya tiga kali juara bersama mereka, dan lalu saya tak lihat adanya target baru. Saya merasa kurang motivasi. Atas alasan ini saya pindah ke Ducati pada akhir 2016," ujarnya kepada BT Sport.

2 dari 2 halaman

Mugello Momen Terbaik

Lorenzo pun tak malu-malu menyatakan dirinya sempat terkejut melihat perbedaan besar antara Yamaha dengan Ducati, dan mengakui bahwa proses adaptasinya jauh lebih berat dari ekspektasi awal. Ia bahkan tak menduga bakal mengalami paceklik kemenangan selama 1,5 tahun.

"Transisinya lebih sulit dari dugaan. Saat menjajal motornya untuk pertama kali, saya syok. Saya benar-benar harus mengubah gaya balap dan banyak tugas menumpuk. Sulit mempertahankan kepercayaan diri, tapi saya terus bekerja keras," tutur rider 31 tahun ini.

Jerih payah Lorenzo pun terbayar lewat kemenangan di Mugello, Italia. Ia menyebut momen ini sebagai momen terbaiknya sepanjang 2018. "Tak ada yang lebih penting dari meraih kemenangan untuk Ducati di Italia. Anda hanya bisa membuatnya terasa lebih baik jika Anda merupakan orang Italia! Rasanya sungguh menyenangkan," pungkasnya.