Pernah Alami Diskriminasi, Franco Morbidelli Suarakan Anti-Rasisme di MotoGP

Anindhya Danartikanya | 14 September 2020 18:54
Pernah Alami Diskriminasi, Franco Morbidelli Suarakan Anti-Rasisme di MotoGP
Franco Morbidelli dengan helm spesial bertema film 'Do The Right Thing'. (c) SRT

Bola.net - Ketika Formula 1 secara besar-besaran mengkampanyekan gerakan anti-rasisme dan Black Lives Matter (BLM), MotoGP justru adem ayem. Sikap ini pun menuai protes dari berbagai pihak. Pembalap Petronas Yamaha SRT, Franco Morbidelli, merupakan salah satu yang juga heran atas langkah ini, dan akhirnya memutuskan bertindak.

Sehari sebelum memenangi balapan kandangnya, yakni MotoGP San Marino di Sirkuit Misano, Morbidelli memamerkan helm spesial yang langsung mencuri perhatian banyak orang, tak kalah dari helm spesial sang mentor, Valentino Rossi, yang secara menghebohkan memilih tema Viagra.

Advertisement

Morbidelli memilih tema film 'Do The Right Thing' yang diproduseri, disutradarai, sekaligus dibintangi oleh Spike Lee dan dirilis pada 1989. Film ini mengisahkan sebuah wilayah di Brooklyn yang penduduknya mengalami konflik akibat rasisme, dan membuat rider Italia tersebut terinspirasi menyampaikan pesan anti-rasisme sekaligus kesetaraan.

"Saat memutuskan pakai helm spesial akhir pekan ini, saya ingin membahas topik besar, yakni rasisme. Tapi saya juga ingin membahas soal 2020 secara keseluruhan, karena 2020 dimulai dengan sangat buruk. Ada banyak hal-hal tak menyenangkan terjadi di dunia. Kami coba bikin audiens nyaman melihatnya, jadi saya ingin bahas topik ini secara ringan, tak kelewat serius," ujar Morbido via MotoGP.com.

1 dari 4 halaman

Ingin Lantang Teriakkan 'Time Out!'

Ingin Lantang Teriakkan 'Time Out!'

(c) AP Photo

Rider 25 tahun ini pun memposisikan diri sebagai tokoh Mister Senor Love Daddy, karakter DJ radio di film tersebut yang diperankan oleh Samuel L. Jackson. "Ada film dari Spike Lee yang membahas topik ini (rasisme) dengan cara yang sangat baik, judulnya 'Do The Right Thing'. Saya sarankan Anda menontonnya," tutur Morbidelli.

"Di dalamnya, ada karakter yang berkata, 'Time Out!', meminta semua orang menghentikan omong kosong dan berhenti saling benci. Jadi, saya putuskan untuk memposisikan diri saya pada karakter itu, bahkan sampai ke baju-bajunya," lanjutnya, merujuk pada gambar dirinya sendiri pada bagian atas helm.

"Saya juga ingin menyampaikan pesan kesetaraan dalam berbagai bahasa, karena ini salah satu hal terpenting. Kita harus ingat kita semua sama. Covid-19 mengingatkan hal ini kepada kita dengan cara yang buruk, tapi kita juga harus ingat hal-hal baik. Jadi, ini pesan terbaik untuk disampaikan, dengan cara yang lebih ringan," ungkapnya.

Keinginan Morbidelli membahas isu-isu sosial yang sedang ramai di dunia sejatinya sudah ia sampaikan pada awal Agustus, lewat wawancara dengan Cycle World. Anggota VR46 Riders Academy ini mengaku mengagumi pembalap Formula 1 dari Mercedes AMG Petronas, Lewis Hamilton, yang lantang mengkampanyekan anti-rasisme dan BLM.

2 dari 4 halaman

Alami Diskriminasi Saat Masih Tinggal di Roma

Alami Diskriminasi Saat Masih Tinggal di Roma

Pembalap Petronas Yamaha SRT, Franco Morbidelli (c) SRT

Morbidelli juga heran banyak pihak menyerang Hamilton dan atlet-atlet yang melakukan tindakan serupa, meminta agar mereka fokus berlaga saja. "Semua orang harus punya suara soal ini dan menggunakannya. Saya tak sepakat saat orang bilang atlet tak usah terlibat politik dan hanya menghibur. Sebagai atlet, kami punya wadah privilese dan misi sosial juga," tuturnya.

Morbidelli menyatakan, meski dirinya bukan orang kulit hitam, isu rasisme sangat sensitif baginya, mengingat ia merupakan rider Italia berdarah Brasil. Ia mengaku sempat mengalami tindakan rasisme dari orang-orang saat ia masih sekolah di Roma dan belum pindah ke Tavullia untuk intensif berlatih dengan Rossi.

"Saya pernah mengalami diskriminasi akibat warna kulit saya, terutama saat masih anak-anak ketika masuk sekolah di Roma. Banyak hal yang sudah dilakukan untuk melawan rasisme, tapi juga masih ada banyak hal yang harus dilakukan, dan saya yakin para legenda seperti Lewis bisa berkontribusi," ujar Morbidelli.

Melihat maraknya kampanye anti-rasisme, Morbidelli pun dibikin terheran-heran oleh MotoGP yang justru lebih fokus mengkampanyekan perlawanan terhadap Covid-19, ketika F1 sebagai kejuaraan balap mobil terakbar di dunia meledakkan kampanye anti-rasisme bertajuk #WeRaceAsOne.

3 dari 4 halaman

Ingin Jadi 'Duta' Isu Sosial di MotoGP

Ingin Jadi 'Duta' Isu Sosial di MotoGP

Pembalap Petronas Yamaha SRT, Franco Morbidelli, (c) SRT

"Kami juga menginisiasi #WeRaceAsOne, tapi MotoGP memilih lebih fokus pada perlawanan terhadap Covid-19 dan semua konsekuensinya, ketimbang mengutuk rasisme. Mungkin karena di MotoGP tak ada pahlawan kulit hitam seperti Lewis. Selain itu, tak ada rider yang karakternya setara dengan Lewis, yang unik dengan gayanya sendiri di luar trek," lanjut Morbidelli.

Morbidelli, yang beberapa kali bertemu dengan Hamilton, jadi terinspirasi melakukan hal serupa di MotoGP. "Berkat warna kulit saya, mungkin saya harus mencontoh Lewis dan menjadi 'duta' soal masalah-masalah sosial. Tapi pertama, saya masih harus meraih kredibilitas di trek. Ini adalah kuncinya jika Anda ingin melantangkan suara dan didengar," pungkasnya.

Kredibilitas sejatinya telah ada dalam genggaman Morbidelli. Selain merupakan juara dunia Moto2 2017, ia telah berstatus sebagai pembalap MotoGP, dan kini merupakan pemenang balapan di kelas para raja. Ia pun diperkirakan akan kembali memakai helm yang sama dalam MotoGP Emilia Romagna, yang juga digelar di Misano pada 18-20 September mendatang.

Sumber: Cycle World/MotoGP