Mengenal Rookie MotoGP 2021 - Bagian 3: Enea Bastianini

Anindhya Danartikanya | 23 Januari 2021 16:00
Mengenal Rookie MotoGP 2021 - Bagian 3: Enea Bastianini
Enea Bastianini (c) AP Photo

Bola.net - Tahun 2021 telah bergulir, dan kini para peserta MotoGP tengah mempersiapkan diri menjelang musim baru. Terdapat tiga wajah baru di grid 2021, dan Tim Bola.net mengulik perjalanan karier ketiga debutan ini satu per satu. Usai membahas Jorge Martin dan Luca Marini, kini kami giliran membahas Enea Bastianini.

Enea Bastianini lahir di Rimini, Italia, pada 30 Desember 1997. Seperti kebanyakan pembalap MotoGP, Bastianini telah belajar mengendarai motor sejak balita, yakni dalam usia 3 tahun. Nomor #33 pun ia pilih menjadi nomor balapnya karena orang tuanya menyebut bahwa ia pertama kali mengendarai minibike tepatnya pada usia 3 tahun 3 bulan.

Advertisement

Usai turun di berbagai kejuaraan minibike nasional, Bastianini mulai mengendarai motor yang lebih besar dalam kejuaraan CIV Moto3 dan Red Bull Rookies Cup sekaligus pada 2013 lalu. Di Rookies Cup, rider berjuluk 'Bestia' alias 'Monster' ini tiga kali menapakkan kaki di podium, dua di antaranya merupakan kemenangan.

Pada akhir musim, Bastianini pun duduk di peringkat 4 pada klasemen pembalap, di belakang Karel Hanika, Jorge Martin, dan Stefano Manzi. Ia bahkan mengasapi juara dunia MotoGP 2020, Joan Mir, yang kala itu duduk di peringkat 9. Performa apik ini pun membuat Bestianini dilirik oleh Gresini Racing untuk diturunkan di Moto3 Grand Prix pada 2014.

1 dari 4 halaman

Debut Grand Prix

Debut Grand Prix

Enea Bastianini saat masih di Moto3. (c) Gresini Racing

Bastianini menerima tawaran dari Gresini dan naik motor KTM pada 2014. Debutnya pun tak buruk. Ia langsung meraih tiga podium, dan duduk di peringkat 9 pada klasemen akhir. Setahun setelahnya, ia makin garang. Beralih ke Honda, ia menyabet enam podium, termasuk satu kemenangan. Ia juga mengakhiri musim di peringkat 3, di belakang Danny Kent dan Miguel Oliveira.

Masih pakai motor Honda, Bastianini pun makin nyata menjadi kandidat juara dunia pada 2016. Seperti setahun sebelumnya, ia meraih enam podium, termasuk satu kemenangan. Sayangnya, ia kalah dari Brad Binder dan harus legawa jadi runner up. Pada 2017, Bastianini pun masih pakai motor Honda, namun pindah ke Estrella Galicia 0,0.

Bersama tim Spanyol itu, Bastianini hanya meraih tiga podium, paceklik kemenangan, dan hanya duduk di peringkat 6. Hasil kurang memuaskan ini membuatnya pindah ke Leopard Racing pada 2018, dan ia punya beban besar menggantikan Mir yang sukses jadi juara dunia Moto3 2017. Ia pun kembali meraih enam podium dan satu kemenangan, serta mengakhiri musim di peringkat 4.

2 dari 4 halaman

Progres Pelan Tapi Pasti, Berujung Gelar Moto2

Progres Pelan Tapi Pasti, Berujung Gelar Moto2

Enea Bastianini (c) Italtrans Racing

Sudah lima tahun bergelut di Moto3 dan telah berusia 21 tahun, Bastianini merasa dirinya sudah waktunya naik kelas. Ia akhirnya menerima tawaran dari Italtrans Racing, menggantikan rider senior, Mattia Pasini. Bastianini meraih satu podium, yakni usai finis ketiga di Ceko. Ia mengakhiri musim di peringkat 10, yang tak terlalu buruk mengingat ia masih debutan.

Memulai musim 2020, Bastianini sejatinya bukan unggulan di Moto2. Namun, usai ia sukses finis ketiga di Qatar, banyak pihak yakin ia bisa tampil jauh lebih kompetitif. Benar saja, sepanjang musim, ia sukses menyabet tujuh podium, yang tiga di antaranya merupakan kemenangan. Namun, perebutan gelar dunia tidaklah mudah, dan ia harus susah payah meraihnya.

Bastianini harus sengit melawan tiga pembalap lainnya yang sampai seri penutup sama-sama jadi kandidat juara dunia, yakni Luca Marini, Sam Lowes, dan Marco Bezzecchi. Namun, beruntung Bastianini hanya butuh finis di posisi lima besar di Portimao, Portugal, untuk mengunci gelar, ketika tiga rider lainnya finis di posisi kedua, ketiga, dan keempat dalam balapan tersebut.

3 dari 4 halaman

Naik ke MotoGP, Wujudkan Impian Bela Ducati

Pada April 2020, Ducati menyebut Bastianini dan Lorenzo Baldassarri sebagai dua rider muda yang selama ini mereka incar. Namun, manajer pribadi Bastianini yang juga pengamat MotoGP, Carlo Pernat, menyatakan bahwa kliennya itu tak berencana naik ke MotoGP 2021. Masih sangat belia, Bastianini bertekad untuk mematangkan diri lebih dulu di Moto2.

Namun, semua berubah saat kans jadi juara dunia makin nyata. Negosiasi dengan Ducati pun makin intensif dilakukan pada Agustus, usai Johann Zarco dipastikan akan meninggalkan Esponsorama Racing. Pada September, Bastianini akhirnya mengaku dirinya sudah tanda tangan kontrak dengan Ducati, namun belum ada keterangan resmi dan ia bungkam soal tim mana yang akan ia bela.

Bungkamnya Bastianini ini dikarenakan negosiasi yang alot antara Esponsorama yang ingin mempertahankan Tito Rabat dan Sky Racing VR46 yang ingin menurunkan Luca Marini. Padahal, dua rider Esponsorama untuk 2021 rencananya diumumkan berbarengan. Pada November, negosiasi akhirnya mencapai kesepakatan, hingga Bastianini dan Marini sama-sama diumumkan akan naik ke MotoGP 2021 bersama Ducati, di bawah Esponsorama.

Usai pengumuman, rider berusia 23 tahun ini mengaku sangat senang bisa bergabung dengan Ducati, pabrikan yang selama ini menjadi junjungannya. Apalagi, sang idola, Casey Stoner, juga merupakan satu-satunya rider yang mampu meraih gelar dunia untuk pabrikan itu. Menaiki Desmosedici GP19, Bastianini pun diharapkan bisa tampil di MotoGP sebaik saat ia masih di Moto3 dan Moto2.