Lima Tokoh MotoGP Ungkap Perbedaan Stoner dan Marquez
Anindhya Danartikanya | 21 Desember 2018 11:15
Bola.net - - Selama satu dekade belakangan, penggemar MotoGP kerap dimanjakan dengan pertarungan-pertarungan hebat antara para ride bertalenta seperti Valentino Rossi, Marc Marquez, Jorge Lorenzo, Casey Stoner dan Dani Pedrosa. Meski begitu, ada satu pertarungan yang bakal sulit terwujud dan terus menjadi tanda tanya besar soal siapa yang bakal menjadi pemenang.
Pertarungan itu adalah Stoner kontra Marquez. Tak pelak lagi merupakan dua rider dengan talenta hebat di MotoGP, keduanya justru tak pernah punya kesempatan berduel di lintasan. Hal ini disebabkan oleh keputusan Stoner yang memilih pensiun dalam usia 27 tahun pada akhir 2012, sementara Marquez ditunjuk oleh Repsol Honda sebagai penggantinya pada 2013.
Lewat Cycle World, lima tokoh MotoGP mengungkapkan perbedaan-perbedaan nyata antara Stoner dan Marquez, namun hanya satu orang yang 'berani' memberikan tebakan nyata soal siapa yang bisa menang bila kedua rider ini bertarung di trek. Kita simak penjelasan mereka berikut ini yuk, Bolaneters!
Cal Crutchlow - LCR Honda Castrol
Crutchlow, yang dikenal berteman dengan para rider MotoGP, juga diketahui punya hubungan yang baik dengan Stoner dan Marquez. Rider Inggris ini tak mengungkapkan secara detail apa perbedaan di antara keduanya, namun langsung menebak siapa yang bisa menang di antara mereka.
"Saya rasa, jika itu sebuah balapan yang 'normal', Casey bakal menang cukup mudah. Tapi jika keduanya head-to-head dalam sebuah pertarungan antara mereka berdua saja, Marc bakal menang. Saya bakal membayar banyak demi menonton mereka balapan bersama," ungkap juara World Supersport 2009 ini.
Dani Pedrosa - Eks Rider Repsol Honda
Bukan rahasia lagi bahwa Pedrosa kerap bertarung sengit dengan Stoner dan Marquez di lintasan. Tak hanya itu, ia juga pernah menjadi tandem keduanya, yakni Stoner pada 2011-2012 dan Marquez pada 2013-2018. Pedrosa pun tahu benar apa perbedaan nyata di antara keduanya.
"Casey orang yang sangat spesial. Ia punya talenta yang sangat alami dalam mengendarai motor. Sebagai pebalap, ia tetap berada di dalam teritorinya. Ia melakukan apa yang terbaik untuknya. Ia tak tertarik pada apa pun soal dunia di luar garasinya," ungkap Pedrosa, yang kini menjabat sebagai test rider KTM.
"Marc berbeda. Ia juga sangat bertalenta dan cepat, tapi mirip bunglon. Ia beradaptasi pada setiap situasi yang ia butuhkan atau yang diciptakan rival. Jika ia menempel Rossi, ia berkamuflase dengan cara Rossi. Jika ia mengejar Andrea Dovizioso, ia beradaptasi pada gaya Dovi. Siapa yang bakal menang? Saya tak berani menebak hasilnya; kita sedang membicarakan dua rider dengan talenta tertinggi," tuturnya.
Shuhei Nakamoto - Eks Vice President HRC
Nakamoto merupakan orang yang sangat bertanggung jawab atas kedatangan Stoner (2011) dan Marquez (2013) ke Repsol Honda. Ia lah yang memerintahkan anak-anak buahnya untuk menggaet kedua rider ini, karena ia melihat jelas keistimewaan dalam diri mereka.
"Saya memperhatikan Marc saat ia masih di GP125. Ia mencuri perhatian saya bukan karena agresinya, melainkan kendalinya yang seimbang. Saat itu, ia sudah membuktikan kepada semua orang bahwa ia adalah perkecualian," ungkap Nakamoto, yang kini telah pensiun dari Honda dan tengah menjabat sebagai penasihat olahraga Dorna Sports.
"Soal Casey, yang selalu membuat saya terkesan adalah corner entry-nya. Tak ada yang bisa seperti dia. Pergerakannya saat melaju miring ke dalam tikungan seolah diatur oleh sebuah tombol, tak ada transisi. Kemudian kendalinya pada gas lah yang membuat ia terkenal. Casey tak butuh elektronik. Itu semua berkat tangannya dan rem belakang. Ia menciptakan efek yang sama," lanjutnya.
Nakamoto pun tak memungkiri keduanya juga punya karakter yang sangat bertolak belakang. "Casey cukup rumit. Marc lebih simpel. Marc selalu tersenyum dan selalu memilih kata-kata yang tepat dalam setiap situasi. Perbedaan nyata mereka adalah, Marc selalu mendengar dan memperhatikan soal apa yang kami katakan, sementara Casey menjalani hidup dengan penutup di kedua telinganya."
Cristian Gabarrini - Eks kru Stoner dan Marquez
Gabarrini merupakan orang yang mendampingi Stoner selama berkarier di MotoGP, dan usai rider Australia itu pensiun, Gabarrini bekerja dengan Marquez sebagai manajer teknis di Repsol Honda. Meski hanya setahun bekerja dengan Marquez, pria Italia ini bisa melihat kemampuan hebat Marquez dalam belajar dan mencerna situasi. "Menurut saya, tanpa keraguan lagi, mereka adalah dua talenta terhebat yang pernah ada di MotoGP selama 10 tahun terakhir," ungkapnya.
"Casey spesial. Talentanya sungguh besar. Ia tak terlalu mau mendengar saran, tapi talentanya sangat hebat hingga cukup untuk membuatnya menang. Iia bisa langsung tahu kondisi lintasan usai hanya melintasi dua tikungan. Marc dan Casey punya kemampuan adaptasi di atas rata-rata. Mereka paham cara mengendalikan motor, dan mampu mengubah gaya balap saat situasi berubah, baik kondisi aspal atau kondisi persaingan dengan rider lain," lanjutnya.
Gabarrini juga menyatakan perbedaan kekuatan di antara keduanya. "Yang sangat berbeda adalah cara mereka menggunakan motornya. Bagi Marc, ban depan esensial. Pengereman adalah kekuatannya, dan ini membuat pengereman menjadi bagian penting untuk memunculkan kepercayaan diri. Casey butuh kepercayaan diri dari ban belakang karena ia berkendara dengan cara mengendalikan ban belakang," ujarnya.
Jeremy Appleton - Manajer Komersial Alpinestars
Tak hanya soal performa di lintasan yang menghadirkan perbedaan antara Marquez dan Stoner. Menurut Alpinestars, pemasok baju balap Stoner dan Marquez, keduanya punya pilihan berbeda soal bahan yang mereka inginkan. Appleton pun menyatakan Marquez lebih suka kulit kangguru, sementara Stoner lebih suka kulit sapi.
"Marc, seperti kebanyakan rider kami, memakai baju balap dengan kulit kangguru, yang terkenal dengan kelenturan dan kenyamanannya. Casey, di sisi lain, selalu meminta kami membuat baju balap dengan kulit sapi karena ia bilang jenis kulit ini memberinya perasaan seperti tengah mengenakan cangkang," ungkapnya.
Appleton juga menyatakan, meski sama-sama hebat di lintasan, Stoner dan Marquez punya karakter berbeda. Sementara Marquez lebih bersikap terbuka dalam membicarakan hal-hal di luar balap, menurutnya Stoner punya sikap yang lebih tertutup dan tak tertarik pada hal selain dunia balap.
"Jika Casey mengambil sebuah keputusan soal apa pun, baginya itu topik tertutup dan tanpa alasan apa pun, harus diwujudkan. Marc selalu mau berdiskusi untuk lebih baik. Ia tak pernah menutup pintu pada apa pun. Ia memberikan ide, seperti meletakkan slider pada sikut. Marc juga terbuka untuk mengobrol, sementara Casey hidup di dalam dunianya sendiri dan tak ada yang bisa menyentuhnya kecuali hal-hal terkait balapan," tutupnya.
Nah, Bolaneters, menurut kalian siapa yang akan menang bila duel Stoner vs Marquez bisa terwujud?
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Inilah 10 Pemenang Termuda dalam Sejarah MotoGP
Open Play 15 Desember 2018, 09:15 -
Stoner Prediksi Lorenzo Bakal Mudah Adaptasi di Honda
Otomotif 12 Desember 2018, 13:40 -
Ducati Bantah Lepas Stoner Akibat Masalah Finansial
Otomotif 10 Desember 2018, 16:20 -
'Tak Masuk Akal Bila Honda Kembali Gaet Stoner'
Otomotif 10 Desember 2018, 15:10 -
'Casey Stoner Bantu Ducati Rakit Motor Kompetitif'
Otomotif 7 Desember 2018, 14:15
LATEST UPDATE
-
Target Ambisius Erick Thohir: Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026
Tim Nasional 20 Maret 2025, 03:58 -
MU dan Man City Dihantam Skandal Pemalsuan Usia Pemain Akademi
Liga Inggris 19 Maret 2025, 23:03 -
Hasil Lengkap Pertandingan Swiss Open 2025, 18-23 Maret 2025
Bulu Tangkis 19 Maret 2025, 22:45 -
Jamu Timnas Indonesia, Pelatih Australia Waspadai Pemain Natusalisasi Garuda
Tim Nasional 19 Maret 2025, 21:26 -
Anti Imbang! Timnas Indonesia Targetkan Kemenangan di Kandang Australia
Tim Nasional 19 Maret 2025, 21:03
LATEST EDITORIAL
-
5 Target Alternatif untuk Man Utd Setelah Gagal Rekrut Geovany Quenda
Editorial 19 Maret 2025, 12:40 -
6 Calon Pengganti Thiago Motta di Juventus
Editorial 19 Maret 2025, 11:59 -
Slot & Arteta Berikutnya? 4 Manajer yang Pernah Finis di Atas Pep Guardiola
Editorial 18 Maret 2025, 16:58 -
Deretan Puasa Gelar Terlama di Inggris dan Momen Berakhirnya
Editorial 18 Maret 2025, 15:56