Ketika Formula 1 Ikut 'Heboh' Soal Winglet Ducati

Anindhya Danartikanya | 19 Maret 2019 16:35
Ketika Formula 1 Ikut 'Heboh' Soal Winglet Ducati
Danilo Petrucci (c) Ducati

Bola.net - - Kontroversi soal winglet pada swingarm tiga motor Ducati Desmosedici GP19 di MotoGP Qatar dua pekan lalu ternyata sampai terdengar oleh paddock Formula 1, di mana sektor aerodinamika menjadi salah satu sektor terpenting dalam pengembangan performa mobil balapnya. Dua ahli aerodinamika F1, Toni Cuquerella dan Ali Rowland-Rouse pun ikut angkat bicara.

Ducati menyatakan winglet tersebut hanya berfungsi mendinginkan ban belakang demi menghindari overheating, namun Aprilia, Honda, KTM dan Suzuki yakin winglet itu juga menghasilkan downforce tambahan. Mereka menyebut hal ini menyalahi regulasi yang telah ditetapkan Direktur Teknis MotoGP, Danny Aldridge, dan melayangkan protes kepada FIM Stewards Panel dan Court of Appeal.

Advertisement

General Manager Ducati Corse sekaligus insinyur utama Desmosedici, Luigi 'Gigi' Dall'Igna bersikeras perangkatnya sesuai regulasi dan mengaku berani membuktikan bahwa winglet itu tak menghasilkan downforce, namun para pakar aerodinamika F1 sepakat dengan protes yang dilayangkan Aprilia, Honda, KTM dan Suzuki.

Berikut pernyataan Cuquerella, yang merupakan insinyur kepala Mahindra di Formula E sekaligus eks insinyur Scuderia Ferrari di Formula 1, dan Rouse yang saat ini menjabat sebagai pakar aerodinamika Alfa Romeo Racing di Formula 1.

1 dari 2 halaman

Toni Cuquerella

Toni Cuquerella

Perangkat aerodinamika pada swingarm Ducati Desmosedici GP19. (c) Ducati

"Sudah jelas winglet Ducati menghasilkan downforce. Pertama, karena perangkat apa pun yang terlihat begitu, pasti menghasilkannya, dan ini bisa mengurangi tarikan motor. Anda juga harus ingat ini berdampak langsung pada ban belakang. Mengingat winglet itu tertempel pada swingarm, aliran udara tak boleh melewati bagian motor lainnya," ujarnya kepada Motorsport.com.

Cuquerella juga menyatakan ada kelemahan pada cara Federasi Balap Motor Internasional (FIM) dalam menulis regulasi teknis MotoGP, karena Ducati kerap menemukan celah untuk menciptakan terobosan-terobosan baru hingga lebih maju dari para rivalnya. Cuquerella bahkan menyebut Ducati sangat cerdas dalam menginterpretasikan aturan.

"Di F1, aerodinamika berdampak besar pada performa mobil selama 30 tahun terakhir. Dalam balap motor, dampaknya lebih kecil, jadi wajar saja FIM tak biasa menghadapi 'tingkah' macam ini. Tapi bahkan di F1 pun baru-baru ini ada kasus di mana celah regulasi membuat tim cerdas menginterpretasikan aturan seperti ini, hingga bisa menggunakan suatu perangkat yang sejatinya dilarang," ungkapnya.

Cuquerella juga yakin FIM harus menulis ulang regulasi teknis MotoGP, karena pergi ke terowongan angin untuk memeriksa dan menghitung besaran downforce setiap perangkat motor enam pabrikan peserta adalah usaha yang mustahil. "Anda tak bisa melarang perangkat yang menghasilkan downforce jika Anda tak bisa membuktikannya. Yang bisa Anda lakukan adalah melakukan spesifikasi soal beberapa dimensi dalam aturan," tuturnya.

2 dari 2 halaman

Ali Rowland-Rouse

"Winglet itu terdiri dari tiga elemen, sayap pendek yang menghasilkan downforce saat motor dalam kondisi tegak. Perangkat ini mengurangi wheelspin dengan menciptakan beban di ban belakang pada kecepatan lebih dari 130-160 km/jam. Meski beban lebih besar menciptakan temperatur yang lebih tinggi pada ban, ini justru menghindari lonjakan temperatur dari wheelspin, yang buruk untuk degradasi ban," ujar Rouse lewat Motor Sport Magazine.

Meski sepakat dengan para pemrotes, Rouse juga memperingatkan bahwa para rival Ducati sejatinya juga ikut berpikir cerdas jika tak ingin tertinggal dalam sektor aerodinamika. "Ducati bakal sangat agresif pada regulasi. Mereka beroperasi layaknya tim F1 dan sungguh memperhatikan segalanya. Jadi pabrikan lain harus menyadari bahwa mereka juga harus ikut dalam permainan ini," ungkapnya.

Di lain sisi, Rouse juga menyebut regulasi MotoGP kelewat kaku ketimbang F1, yang ia yakini lebih luwes dalam menerima inovasi-inovasi teknis terbaru pada mobil balapnya. Ia juga dapat memaklumi keresahan Dall'Igna, yang menyayangkan para pemrotes tak melakukan diskusi lebih tenang lewat pertemuan dan rapat Asosiasi Pabrikan (MSMA) seperti biasa.

"Jika ada inovasi baru yang besar dan belum ditentukan legalitasnya, F1 tetap menilainya legal selama semusim. Jadi tim pencetus boleh memakainya. Pada akhir tahun, akan ada musyawarah bagaimana regulasi harus diinterpretasikan dan keputusan perangkat apa yang legal dan tidak di masa depan. Jadi, tim pencetus perangkat baru ini tetap dihargai, hingga kinerja mereka tak sia-sia. Mungkin ke arah itulah MotoGP harus menuju," pungkasnya.