Jorge Lorenzo: Saya Juara Dunia, Wajar Dibayar Tinggi oleh Ducati
Anindhya Danartikanya | 20 Mei 2020 10:18
Bola.net - Test rider Yamaha, Jorge Lorenzo, akhirnya buka suara lebih detail mengenai anggapan bahwa dirinya dianggap menerima bayaran yang kelewat tinggi dari Ducati di MotoGP 2017 dan 2018 jika mengingat dirinya hanya meraih tiga kemenangan dan gagal merebut gelar dunia.
Lorenzo diketahui dibayar 25 juta euro untuk dua musim, yakni jumlah yang kabarnya tertinggi dalam sejarah MotoGP. Sayangnya, rider Spanyol justru paceklik kemenangan selama 1,5 musim. Saat kembali menang, ia dan Ducati malah sudah telanjur memutuskan berpisah.
Lorenzo pun mengaku memaklumi keresahan Ducati, tapi juga menyebut mereka kurang sabar dan tak visioner mengenai target jangka panjang. Alhasil, mereka begitu dini memutuskan mengganti Lorenzo dengan Danilo Petrucci, tepat sebelum Lorenzo menang besar di kandang Ducati, Mugello, Italia.
Sebut Ducati Tak Visioner
"Jika saya memposisikan diri di tempat mereka, saya akui memang sulit memprediksi masa depan. Tapi keluhan saya selalu sama, dan hasil baik tak kunjung datang. Ini rumit. Mereka tak tahu cara memiliki visi soal apa yang akan terjadi," kisah sang lima kali juara dunia kepada DAZN seperti yang dikutip GPOne.
"Saya mengawali 2018 dengan buruk, tapi saya tahu apa yang terjadi. Saya tahu apa yang kurang. Saat mengatasinya, saya jadi sangat kuat. Tapi Ducati bilang, 'Meski Danilo finis ketujuh, ia lebih 'murah' 10 kali lipat'. Padahal harusnya mereka berpikir, 'Mari kita beri Jorge motor pemenang agar juara dunia tiga kali'," ujar Lorenzo.
Lorenzo pun menyatakan bahwa tak seharusnya orang-orang heran melihatnya dibayar dengan gaji sebesar 25 juta euro untuk dua musim. Mengingat ia merupakan tiga kali juara dunia MotoGP, dan kesepakatan dengan Ducati diraih hanya beberapa bulan setelah ia mengunci gelar dunia pada 2015.
Juara Dunia Layak Dibayar Tinggi
"Saya menganggap diri saya seorang juara, karena saya memang seorang juara. Itulah alasan saya digaet oleh Ducati dan dibayar dengan jumlah setinggi itu. Toh bayaran itu tak jauh berbeda dengan yang saya terima di Yamaha. Jadi, saya pergi ke Ducati memang demi tantangan," ungkap Por Fuera.
Menurut Lorenzo, meski gagal merebut gelar bersama Ducati, kemenangannya di Mugello, Catalunya, dan Austria, sudah cukup membuktikan bahwa dirinya tak sekadar kebetulan menjadi juara dunia, dan untuk tampil kompetitif, pabrikan juga harus memberinya perangkat mumpuni.
"Semua rider yang balapan di MotoGP adalah pebalap hebat, namun mereka bukan juara. Vale, Marc, dan saya adalah juara. Itu fakta yang tak terbantahkan, dan saya membuktikannya, berkat tangki bahan bakar baru, serta beberapa perangkat dan dua evolusi aerodinamika yang membuat motornya lebih halus," pungkasnya.
Video: Alex Marquez Bekuk Marc Marquez di MotoGP Virtual Race Misano
Baca Juga:
- Dorna Sports: MotoGP Sulit Balapan di Asia Jika Tanpa Penonton
- Sempat Dilarang, Valentino Rossi Akhirnya Boleh Latihan Motor di Misano
- Jack Miller Merapat ke Tim Pabrikan Ducati, Tinggal Tanda Tangan
- Dorna Sports Takkan Paksa Valentino Rossi Tetap Balapan
- Peresmian Status 'MotoGP Legend' Jorge Lorenzo Harus Tertunda
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Peresmian Status 'MotoGP Legend' Jorge Lorenzo Harus Tertunda
Otomotif 19 Mei 2020, 14:55 -
Jorge Lorenzo: Saya Percaya Valentino Rossi Masih Bisa Menang
Otomotif 19 Mei 2020, 14:35 -
'Honda Siasati Penghapusan Wildcard Karena Dendam pada Jorge Lorenzo'
Otomotif 18 Mei 2020, 14:30 -
Yamaha Beri Kode Ingin Pertahankan Jorge Lorenzo di MotoGP 2021
Otomotif 18 Mei 2020, 12:33
LATEST UPDATE
-
Pemerintah Inggris Resmi Dukung Rencana MU Bangun Stadion Baru
Liga Inggris 20 Maret 2025, 23:49 -
MU Ingin Boyong Gelandang Timnas Jerman Jebolan Man City
Liga Inggris 20 Maret 2025, 23:40 -
Hasil Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia: Korea Selatan Gagal Menang Lawan Oman
Asia 20 Maret 2025, 22:49
LATEST EDITORIAL
-
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Dilepas Real Madrid pada 2015
Editorial 20 Maret 2025, 10:39 -
5 Target Alternatif untuk Man Utd Setelah Gagal Rekrut Geovany Quenda
Editorial 19 Maret 2025, 12:40