Jonathan Rea, Talenta yang 'Tak Dianggap' di MotoGP

Anindhya Danartikanya | 4 Oktober 2017 16:15
Jonathan Rea, Talenta yang 'Tak Dianggap' di MotoGP
Jonathan Rea (c) WorldSBK

Bola.net - - Meski merupakan dua kejuaraan yang berbeda, keberadaan WorldSBK dan MotoGP tak pernah terpisahkan. Tak jarang dan tak sedikit para rider WorldSBK yang disebut-sebut layak mendapat kesempatan turun di MotoGP, ajang yang lebih prestisius. Jonathan Rea adalah salah satu dari rider-rider itu.

Belakangan ini nama Rea kerap kali muncul dalam berbagai topik perbincangan di paddock MotoGP, terutama berkat dominasinya di WorldSBK baru-baru ini. Usai menjuarai WorldSBK pada musim 2015 dan 2016, namanya dikait-kaitkan dengan Suzuki Ecstar sejak menjadi tamu kehormatan di MotoGP Inggris yang digelar di Silverstone akhir Agustus lalu.

Rea terus membantah gosip soal peluangnya menggantikan Andrea Iannone tersebut, menyatakan dirinya masih terikat kontrak dengan Kawasaki Racing Team WorldSBK sampai akhir 2018. Meski begitu, ia lagi-lagi membuktikan bahwa dirinya layak menjadi rider MotoGP, usai mengunci gelar WorldSBK ketiga di Magny-Cours, Prancis akhir pekan lalu.

Anda yang merupakan penggemar balap motor, sudahkah mengenal seorang Jonathan Rea? Simak biografi dan perjalanan karir Rea berikut ini, Bolaneters!

1 dari 7 halaman

Siapakah Jonathan Rea?

Siapakah Jonathan Rea?

Rea yang berkebangsaan Inggris, lahir di Larne, Irlandia Utara pada 2 Februari 1987. Sejak anak-anak, ia telah akrab dengan dunia balap motor, mengingat sang ayah, Johnny Rea juga merupakan seorang pembalap. Meski begitu, sejak kecil ia lebih mengenal motocross ketimbang balapan di lintasan aspal, yang dulu menurutnya membosankan.

Pada tahun 2003, kawannya yang kini juga turun di WorldSBK bersama Milwaukee Aprilia, Eugene Laverty membujuknya untuk turun di Kejuaraan Inggris 125cc. Tak disangka-sangka, hanya berselang dua tahun, ia justru turun secara penuh di British Superbike (BSB) bersama Red Bull di atas motor pabrikan Honda Fireblade.

Pada musim debutnya di BSB, Rea tampil baik dan mengakhiri musim di peringkat ke-16. Pada 2006, masih bersama Honda, ia pun mengancam persaingan papan atas dan mengakhiri musim di peringkat keempat, sebelum akhirnya menduduki peringkat runner up pada tahun 2007. Prestasi gemilang di tingkat nasional inilah yang membuat nama Rea mulai dikenal dunia.
2 dari 7 halaman

Turun di Ajang Dunia

Turun di Ajang Dunia

Berkat gemilangnya prestasi di BSB, Rea pun mendapat kontrak World Supersport (WorldSSP) 2008 dari Ten Kate Honda, salah satu tim paling prestisius di WorldSSP dan WorldSBK, serta dikenal kerap menghasilkan juara-juara hebat di arena Superbike. Tak hanya kontrak WorldSSP, ia juga langsung mendapat kontrak untuk WorldSBK 2009 dan 2010.

Rea pun makin 'menggila' di WorldSSP. Dengan mudahnya, ia mengakhiri musim 2008 sebagai runner up, di belakang tandemnya sendiri, Andrew Pitt. Pada tahun yang sama, ia juga turun di seri terakhir WorldSBK sebagai rider wildcard Honda, dan langsung menggebrak dengan finis keempat dalam Race 1 di Portimao, Portugal.
3 dari 7 halaman

Debut WorldSBK

Debut WorldSBK

Hasil di Portimao membuktikan bahwa keputusan Ten Kate Honda langsung memberinya kontrak dua tahun di WorldSBK memang tak salah. Sejak tahun pertama, ia langsung mengacak-acak peta persaingan papan atas, dan hal ini berlangsung selama enam tahun.

Sayangnya, selama enam tahun membela Honda di WorldSBK pula, Rea tak kunjung juga meraih gelar dunia akibat tak ada pengembangan berarti dari CBR1000RR Fireblade. Prestasi terbaiknya hanyalah duduk di peringkat ketiga pada 2013.

Sempat disebut-sebut sebagai salah satu anak emas Honda dan diprediksi akan terus membela pabrikan Sayap Tunggal sampai akhir karir, akhirnya Rea memilih hengkang dan membuka bab baru dalam perjalanan karirnya dengan membela Kawasaki Racing Team sejak 2015.
4 dari 7 halaman

Dominasi di Kawasaki

Dominasi di Kawasaki

Ternyata, memang di Kawasaki lah seharusnya Rea berada. Kawasaki yang meraih gelar dunia bersama Tom Sykes pada 2013, diyakini Rea akan membawanya ke karir yang lebih gemilang. Terbukti, ia langsung merebut gelar dunia pertamanya, dengan dominasi lewat 23 podium, termasuk 14 kemenangan.

Pada 2016, Rea mengulangi prestasi ini dengan 23 podium, termasuk sembilan kemenangan. Tahun ini, meski masih menyisakan dua seri dan empat balapan, Rea telah mengunci gelar di Magny-Cours, dengan koleksi 20 podium, termasuk 12 kemenangan. Rea pun menyamai rekor gelar 'dewa' Ducati, Troy Bayliss, dan menjadi rider pertama yang mampu meraih tiga gelar WorldSBK secara beruntun.
5 dari 7 halaman

Kuda Hitam MotoGP

Kuda Hitam MotoGP

Masa-masa Rea membela Honda di WorldSBK, sejatinya tidak buruk-buruk amat. Para tokoh dunia balap motor sangat mengapresiasi talentanya, termasuk para petinggi Repsol Honda. Berkat mereka, Rea pun akhirnya mencicipi kemilau dan glamornya paddock MotoGP pada tahun 2012.

Rea yang saat itu masih berusia 25 tahun, diminta membela Repsol Honda di MotoGP San Marino dan Aragon, Spanyol, menggantikan Casey Stoner yang cedera kaki. Meski Rea mengendarai motor pabrikan RC213V, banyak orang skeptis ia bisa finis 10 besar. Namun Rea menjawab semua keraguan itu di lintasan.

Rea pun menggebrak dengan finis kedelapan di Misano dan finis ketujuh di Aragon. Berkat hasil ini, ia sempat dicalonkan sebagai pembalap Repsol Honda pada 2013, karena Stoner memutuskan pensiun dini pada akhir 2012. Sayang, impian Rea harus pupus usai pilihan Repsol Honda jatuh kepada Marc Marquez.
6 dari 7 halaman

Kapan Rea ke MotoGP?

Kapan Rea ke MotoGP?

Sampai sekarang, Rea masih sering diperbincangkan di MotoGP, apalagi usai mengantongi tiga gelar WorldSBK. Suzuki Ecstar yang belakangan ini terpuruk bersama Andrea Iannone digosipkan telah mendekatinya, namun Rea menyatakan dirinya tak pernah dihubungi oleh pabrikan asal Jepang tersebut.

Menjadi tamu MotoGP Inggris, Rea berjumpa dengan para petinggi yang menyatakan dirinya selevel, bahkan lebih baik dari kebanyakan rider MotoGP yang ada sekarang. Jadi, bertahun-tahun sudah para tokoh ini beropini soal betapa layaknya Rea turun di MotoGP. Uniknya, tak satupun mau maju menyodorkan kontrak! Tentu ini 'fenomena' yang mengherankan.

Ibaratnya, 'tong kosong nyaring bunyinya'; bisanya hanya bicara, tanpa mau bertindak. Para petinggi pabrikan ini memang 'menganggap' Rea berpeluang menjadi aset besar MotoGP, tapi tak satupun berani dan mau mengajukan kontrak kepadanya.

Sudah susah payah meraih karir gemilang, tetap saja talenta Rea 'tidak dianggap' di MotoGP...
7 dari 7 halaman

Sudah Pesimis

Sudah Pesimis

Meski yakin masa-masa sekarang adalah masa-masa terbaik dalam karirnya, dan masih percaya bisa mengantongi lebih banyak gelar dunia, Rea sudah acuh soal peluangnya ke MotoGP, walau tak memungkiri bahwa apapun bisa terjadi di masa depan.

MotoGP dianggap sudah tak lagi tertarik pada rookie yang berusia 25 tahun ke atas, dengan perkecualian Tito Rabat, Johann Zarco dan Thomas Luthi, dan Rea pun yakin ia sudah ketinggalan kereta, karena kini ia telah berusia 30 tahun.

Saya berusia 30 tahun, dan mungkin masa depan saya masih panjang, tapi saya rasa tak akan ada bedanya bila saya ke MotoGP atau tidak. Saya sudah cukup beruntung pernah dua kali turun di 2012 untuk menggantikan Casey, ujarnya.

Jadi, kapankah seorang Jonathan Rea akan meramaikan persaingan MotoGP? Tak ada jawaban pasti, sampai salah satu dari pabrikan peserta benar-benar berani mengambil risiko menggaet seorang tiga kali juara WorldSBK.