Menunggu Carlo Ancelotti Pulang ke Milan

Haris Suhud | 29 September 2017 14:12
Menunggu Carlo Ancelotti Pulang ke Milan
Carlo Ancelotti (c) ist

Bola.net - - Carlo Ancelotti baru saja meninggalkan bangku pelatih Bayern Munchen. Praktis, pelatih 58 tahun itu saat ini tidak punya pekerjaan alias tengah menganggur. Jika ia mau kembali melatih AC Milan, ini adalah momen yang tepat.

Ada beberapa masalah kenapa Ancelotti harus meninggalkan Munchen. Pertama, ia mendapat hasil memalukan ketika menghadapi PSG di Liga Champions baru-baru ini. Dalam pertandingan tersebut, timnya menelan kekalahan 3-0. Di Bundesliga, Munchen juga kurang trengginas. Sebagai juara bertahan, mereka masih tertinggal di peringkat tiga—sementara Borussia Dortmund menduduki peringkat pertama pada pekan keenam.

Hubungan tidak baik Ancelotti dengan sejumlah pemain di klub bertabur bintang tersebut menjadi faktor utama dalam pemecatannya. Presiden Bayern Munchen, Uli Hoeness, mengungkapkan Ancelotti tidak akur dengan Arjen Robben, Franck Ribery, Jerome Boateng, Mats Hummels, Thomas Muller, dan Kingsley Coman. Sang presiden tak mau hubungan buruk seperti ini berlanjut karena hanya akan menjadi bara dalam sekam belaka.

Usai putus hubungan dengan Munchen, Ancelotti langsung santer dikaitkan dengan Milan. Sebab, Vincenzo Montella yang saat ini menjadi pelatih Rossoneri tengah dalam tekanan setelah rangkaian hasil tidak memuaskan di Serie A. Memasuki pekan keenam, Milan masih tertinggal di peringkat enam dengan jumlah 12 poin. Di laga terakhir di liga, mereka baru saja mengalami kekalahan di kandang Sampdoria.

Kekalahan Milan dari Sampdoria sulit diterima karena pada bursa transfer musim panas kemarin, pemilik klub yang baru sudah banyak mengeluarkan modal untuk belanja pemain. Milan membeli 11 pemain baru dengan pengeluaran kurang lebih 152 juta pounds. (Baca: Mari Sejenak Menertawakan Kegagalan Revolusi AC Milan).

Namun pendanaan tersebut belum memberikan hasil sepadan sejauh ini. Wajar jika CEO AC Milan Marco Fassone mencak-mencak setelah kekalahan lawan Sampdoria—sebelumnya juga kalah mengenaskan kala lawan Lazio.

Kami sudah diperingatkan, kami marah dan saya harus membicarakannya karena kekalahan-kekalahan seperti ini tak seharusnya jadi rutinitas. Milan tak seharusnya kalah melawan lawan yang dianggap lemah ketimbang kami, ucap Fassone.

Jika Montella tak segera bangun dan membangunkan timnya, ia memang pantas kehilangan pekerjaannya di San Siro. Adapun pertandingan selanjutnya, Milan akan menghadapi AS Roma dan Inter Milan. Laga ini menjadi tantangan yang sulit bagi Montella.

Kemenangan 3-2 atas Rijeka di Liga Europa, Jumat (29/9), mungkin sedikit menjadi obat penenang. Namun kemenangan ini juga belum mampu membuat fans Milan puas sepenuhnya dengan kinerjanya.

Pertandingan menghadapi Rijeka menunjukkan bahwa Montella miskin taktik. Mantan pelatih Fiorentina tersebut juga dianggap gagal membangun kreativitas apik dengan formasi 3-5-2. Dan formasi ini tampaknya telah menjadi pakem Montella. Semangat juang tim juga kurang. Ketika unggul 2-0 atas Rijeka, permainan Milan melemah sehingga tim lawan sempat bisa menyamakan 2-2 sebelum akhirnya Patrick Cutrone menjadi penyelamat di menit-menit akhir— ia menjadi penyelamat kemenangan Milan juga penyelamat karier Montella sebagai pelatih.

Kenangan Ancelotti bersama AC Milan

Jika pada akhirnya nanti Montella pergi, Ancelotti adalah sosok yang tepat sebagai pengganti Montella.

Ancelotti pernah hampir kembali menangani AC Milan pada musim 2015/2016. Tapi ia menolak kesempatan tersebut. Ia membeberkan alasan karena waktu itu—setelah hengkang dari Real Madrid—butuh waktu istirahat dari dunia sepakbola.

Ancelotti merupakan di antara pelatih tersukses dalam sejarah Milan. Ia pernah menangani Milan mulai dari tahun 2001 hingga 2009. Selama tujuh musim, Ancelotti sukses meraih sejumlah gelar di antaranya dua gelar Liga Champions, satu gelar Serie A, Coppa Italia dan empat gelar mayor lainnya.

Sebelumnya Ancelotti juga pernah berkiprah bersama Rossoneri sebagai pemain. Ia pernah meraih Scudetto dua kali, Liga Champions dua kali, dan tiga gelar di kompetisi lainnya. Artinya, pria kelahiran Reggiolo, Italia ini punya akar yang sangat kuat di dalam entitas Milan.

Kesuksesan Ancelotti sebagai pelatih di Milan salah satunya berkat formasi ‘Pohon Cemara’. Dengan formasi itu, ia bisa menjuarai Liga Champions untuk yang pertama kalinya dalam kariernya pada musim 2002/2003. Formasi tersebut terbentuk berkat kejeliannya mengakomodasi pemain-pemain baru yang bergabung Milan.

Dalam otobiografi berjudul 'Preferisco La Coppa' via Kompas, Ancelotti mengungkapkan menemukan formasi itu karena kehadiran Clarence Seedorf dan Rivaldo pada bursa transfer musim panas. Di sisi lain, ia sudah punya Andrea Pirlo dan Rui Costa dalam timnya.

Ancelotti dituntut semua pemain ini harus mendapat tempat. Maka ia pun menempatkan Rui Costa dan Rivaldo di belakang satu penyerang. Seedorf mendapat posisi sebagai gelandang sayap sementara Pirlo ditarik agak ke belakang sebagai gelandang bertahan di depan empat bek—meskipun musim sebelumnya ia bermain sebagai gelandang serang. Ini semua menunjukkan bahwa Ancelotti punya cara cerdik mengadaptasikan ide di dalam kepalanya dengan komposisi pemain yang ada.

Jika Ancelotti kembali ke Milan di tengah musim yang berjalan seperti ini, ia tak akan mengalami kesulitan dalam meracik formasi berdasarkan pemain-pemain yang ada dalam skuat Milan saat ini. Misalkan Ancelotti ingin menerapkan formasi ‘Pohon Cemara’ lagi, ia bisa melihat atribut yang ada pada Gianluigi Donnarumma; Leonardo Bonucci, Mateo Musacchio, Alessio Romagnoli, Ricardo Rodriguez; Franck Kessie, Lucas Biglia, Giacomo Bonaventura, Manuel Locatelli; Hakan Calhanoglu, Suso; dan Andre Silva.

Milan Butuh Pengalaman Ancelotti

Kehadiran Ancelotti di Milan akan sangat mendorong suksesnya proyek baru Milan yang tengah berjalan. Ia sudah punya pengalaman melatih di Italia, apalagi di AC Milan. Setelah dari Milan, Carletto sempat menangani Chelsea hingga 2011. Kemudian ia menukangi PSG hingga 2013, dan akhirnya mendarat di Real Madrid. Terakhir, tentu saja di Bayern Munchen. Di semua klub ini, Ancelotti selalu memberikan gelar juara di masing-masing liga kecuali saat di Real Madrid—namun sukses menjuarai Liga Champions pada musim 2013/2014.

Lima liga top di Eropa sudah ia jajal. Pengalaman ini akan sangat berguna untuk Milan yang ngebet kembali menjadi raja di kompetisi Eropa. Jika terus bersama Montella, kemungkinan terebut sangat kecil. Pengalaman terbaik Montella di kompetisi Eropa yaitu saat mengantarkan Fiorentina melaju ke semi final Liga Europa, itupun kemudian kalah dari Sevilla.

Ancelotti dan Persiapan Pensiun

Kembali bekerja di Milan juga akan menjadi pilihan yang tepat bagi Ancelotti sendiri, di akhir-akhir kariernya sebagai pelatih. Ia bisa kembali hidup di tanah kelahirannya sendiri di Italia. Tak perlu hidup lagi di negeri orang. Di Italia, ia bisa lebih dekat dengan keluarganya.

Tapi bagaimanapun, kita hanya bisa menunggu apakah Ancelotti akan benar-benar kembali ke Milan. Keputusannya ada pada petinggi Milan. Tapi Ancelotti sendiri pernah mengatakan jika ia kembali ke Italia, ia hanya ingin melatih Milan atau AS Roma.

Sejujurnya, kalau harus kembali ke Italia, saya ingin menukangi Milan. Atau Roma,” ucap Ancelotti pada suatu ketika.

Kita tunggu saja apa yang akan terjadi!