Kepergian Montella dan Indikasi Milan di Ambang Kehancuran
Haris Suhud | 28 November 2017 15:46
Bola.net - - AC Milan dan Vincenzo Montella akhirnya resmi berpisah setelah rangkaian hasil pertandingan yang tidak memuaskan. Kepergian Montella menjadi indikasi bahwa klub bermarkas di San Siro tersebut kian dekat dengan kehancuran.
Montella ditunjuk sebagai pelatih Milan pada 1 Juli 2016 lalu. Selama bersama pasukan Rossoneri, pelatih 43 tahun tersebut berhasil mempersembahkan satu trofi Piala Super Italia pada musim pertamanya. Tapi di kompetisi Serie A, Montella tak cukup berhasil karena hanya mampu membawa Milan finis di peringkat enam klasemen.
Lalu di awal musim ini menjadi tonggak bersejarah bagi Milan. Silvio Berlusconi yang memimpin Milan selama kurang lebih 29 tahun akhirnya melepas kepemilikan Milan pada konsorsium asal Tiongkok.
Setelah alih kepemilikan ini, pemilik baru sangat antusias dalam membeli pemain baru. Mereka seperti punya dana tak terbatas. Jika tradisi Milan sebelumnya suka pinjam pemain karena keterbatasan dana, maka musim ini sangat berbeda.
Sepanjang bursa transfer musim panas tahun 2017, Milan menghamburkan uang tak kurang dari 200 juta euro untuk membeli 11 pemain baru. Inilah wajah baru Milan. Mereka punya nama-nama tenar seperti Leonardo Bonucci, Ricardo Rodriguez, Lucas Biglia. Pemain muda penuh talenta seperti Andre Silva, Franck Kessie juga berlabuh ke Milan.
Montella adalah pemimpin dari proyek besar ini. Mantan pelatih Sampdoria tersebut adalah pemimpin revolusi besar ini.
Antusiasme Milanisti menyambut musim baru pun sangat besar. Stadion San Siro yang berkapasitas sekitar 80 ribu awalnya sering lompong. Musim ini geliat semangat para tifosi Milan kembali tumbuh dan memenuhi stadion.
Lalu Milan di bawah kendali Montella di awal-awal musim memang meyakinkan. Ketika menghadapi babak kualifikasi Liga Europa menghadapi Craiva dan Shkendija, mereka selalu menang. Selalu clean sheet dan mampu mengumpulkan 10 gol.
Performa apik tersebut berlanjut di dua laga perdana Serie A. Melawan Crotone dan Cagliari, Milan melanjutkan tren kemenangan.
Menghadapi Lazio pada pekan ketiga menjadi kekalahan pertama Milan. Kekalahan tersebut berlanjut pada pekan-pekan berikutnya ketika menghadapi klub-klub besar penantang gelar seperti Sampdoria, AS Roma, Inter Milan, Juventus dan Napoli.
Yang terakhir mereka gagal mengalahkan Torino di kandang sendiri. Maka inilah hari terakhir Montella bersama Milan.
Berbicara posisi Milan di klasemen saat ini memang begitu mengkhawatirkan. Mereka tertinggal di peringkat tujuh dengan jarak enam poin dari Sampdoria yang berada di peringkat enam. Sementara klub tersebut masih belum menjalani laga ke-14 dan posisi keenam merupakan garis terakhir zona Liga Europa musim depan.
Kemudian dengan AS Roma yang berada di peringkat empat, Milan sudah berjarak 11 poin. Padahal klub ibukota tersebut belum juga menjalani pekan ke-14. Dan target Milan musim ini adalah mencapai titik Liga Champions musim depan.
Milan justru lebih dekat dengan zona degradasi. Dengan SPAL yang duduk di peringkat 18, mereka hanya terpaut 10 poin. Nah, inilah yang membuat petinggi Milan akhirnya mendepak Montella.
Milan Pilih Gattuso
Setelah pemecatan Montella, Gennaro Gattuso ditunjuk sebagai pengganti. Ia adalah mantan pemain Milan yang diharapkan bisa membangkitkan Milan dari keterpurukan. Sebelumnya, Gattuso melatih tim Milan Primavera.
Pengangkatan Gattuso bisa dikatakan sebagai langkah yang tidak tepat. Memang waktu yang akan membuktikan kiprahnya. Tapi jika melihat sepak terjangnya di dunia kepelatihan tak begitu bagus.
Sebelum kembali ke Milan untuk melatih tim muda, pria asal Italia 39 tahun tersebut pernah menangani sejumlah klub termasuk Palermo, OFI Crete dan AC Pisa. Di seluruh klub yang ia tangani ini, Gattuso tak pernah bertahan lama. Bahkan ketika melatih Palermo, ia hanya sempat menjalani 8 pertandingan sebelum akhirnya dipecat. Namun dari perjalanannya ini tentu saja banyak pelajaran yang dapat ia ambil.
Namun tetap saja kemampuan Gattuso membangkitkan Milan perlu diragukan. Sebagai mantan pemain Milan, tentu ia punya kharisma tersendiri. Namun, apakah Milan tak mengambil pelajaran dari tahun sebelumnya yang mencoba menunjuk mantan pemainnya, Clarence Seedorf, sebagai pelatih sejak tengah musim? Seedorf akhirnya gagal sukses sebagai pelatih. Mantan pemain asal Belanda yang pernah meraih dua gelar Liga Champions bersama Milan tersebut akhirnya putus kontrak di akhir musim.
Setelah Seedorf, Milan kembali mencoba keberuntungan mempekerjakan mantan pemainnya lagi, Filippo Inzhagi, sebagai pelatih. Tapi karena masih miskin pengalaman, ia gagal mencapai target dan lagi-lagi harus berujung dengan perpisahan.
Kasus seperti ini juga tengah mengancam karier Gattuso di Milan. Jika nantinya ia gagal memberikan hasil yang memuaskan bersama tim utama, maka ia harus pergi dari Milanello. Padahal selama menangani tim Milan U-19, Gattuso cukup memberikan hasil apik.
Gagal Liga Champions adalah Petaka
Milan pasti masih mengincar satu tempat di Liga Champions. Sampai akhir musim ini target tersebut masih mungkin tercapai. Tapi semuanya akan sangat bergantung pada performa Milan bersama Gattuso.
Gagal mendapatkan tiket Liga Champions akan menjadi petaka bagi Milan. Bermain di Liga Champions merupakan harapan Milan mendapatkan pemasukan. Pada musim 2010/2011 lalu, Milan masih bisa mendapat pemasukan senilai 25,69 juta euro.
Namun jika kompetisi tersebut gagal tercapai, maka Milan tak akan mendapat pemasukan apa-apa dari kompetisi tersebut. Maka, kemungkinan Milan mengalami kerugian akan semakin besar. Sementara itu musim lalu, Milan sudah terlanjur menghamburkan banyak dana untuk belanja pemain dan lain-lain.
Dalam peraturan FIFA yang dikenal dengan Financial Fair Play yang berlaku sejak 2011, sebuah klub tidak boleh mengalami kerugian lebih dari 26,3 juta euro. Maka Milan harus bisa menyeimbangkan neraca di dalam penutupan buku akhir tahun. Untuk mencegah hal itu terjadi, Milan bisa terpaksa kembali menjual pemainnya guna mencegah kerugian yang menyalahi aturan.
Jika hal itu terjadi maka pembangunan Milan yang diharapkan akan sukses dalam waktu lebih singkat akan mengalami hambatan besar. CEO AC Milan, Marco Fassone, pun mengakui bahwa kegagalan melaju ke Liga Champions akan membuat mereka melepas sejumlah pemain bintangnya.
“Gagal lolos [ke Liga Champions] tidak akan menghancurkan proyek ini, tapi akan menundanya satu tahun dan kami akan berusaha menyeimbangkan kurangnya pendapatan Liga Champions dengan menjual satu atau dua pemain top, ujarnya.
Ancaman Terlilit Utang
Adalah Yonghong Li yang memimpin konsorsium atas nama Rossoneri Sport Lux mengakuisisi saham 99 persen Milan. Ia meminjam uang dari sebuah organisasi keuangan bernama Elliot Manajement dengan bunga yang cukup tinggi untuk membeli Milan seharga sekitar 800 juta euro. Jika gagal membayar utang tersebut, maka aset Milan menjadi jaminan.
Dan yang mengejutkan adalah identitas investor Milan yang baru ini tidak jelas. Jurnalis New York Times mengklaim pernah melakukan investigasi di Tiongkok untuk mengulik identitas Yonghong Li. Hasilnya, sosok tersebut ternyata tidak terkenal di kalangan orang Tiongkok. Tidak seperti pemilik Inter Milan (Suning Grup) yang punya nama besar di sana.
Sumber kekayaan Yonghong Li juga menjadi pertanyaan. Awalnya ia disebut-sebut sebagai pemilik Guangdong Lion, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang tambang. Tapi ternyata tak ada dokumen yang membuktikan kepemilikan itu. Ketika investigator mencoba untuk mengunjungi kantor Yonghong Li di kantornya, tempat tersebut juga sudah tidak digunakan.
Ini semua menjadi polemik Milan saat ini. Di tengah performa tim yang masih amburadul, Milan malah diguncang dengan ketidakjelasan sokongan modal untuk operasional klub ke depannya.
Memang Milan masih tampil di Liga Europa musim ini dan telah memastikan diri sudah lolos ke babak 32 besar. Jika tak bisa bersaing menuju Liga Champions lewat liga, mereka harus bisa menjadi juara untuk bermain di kompetisi tertinggi musim depan. Langkah ini tentu saja tidak mudah. Lawan yang akan dihadapi di akhir-akhir kompetisi nanti bukan hanya klub remeh-temeh seperti Austria Vienna, Rijeka, atau AEK Athens.
Jika langkah tersebut tak tercapai, maka Milan bisa mengalami kerugian besar. Oleh sebab itu, Milan akan kembali menjual pemainnya atau membayar utang dengan aset Milan. Dan jika tak ada langkah yang tepat, klub yang pernah tujuh kali menjuarai Liga Champions tersebut bahkan bisa mengalami kebangkrutan.
“Jangan kaget kalau AC Milan segera berpindah tangan dengan harga murah,” demikian peringatan jurnalis Forbes yang dikutip media Italia beberapa waktu lalu.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Bacca Girang Montella Dipecat?
Liga Italia 27 November 2017, 21:42 -
Pasca Allegri, Milan Sudah Berganti Enam Pelatih
Liga Italia 27 November 2017, 20:02 -
Depak Montella, Milan Tunjuk Gattuso Jadi Pelatih Baru
Liga Italia 27 November 2017, 17:33 -
Montolivo: Milan Sudah Lakukan Segalanya Untuk Menang
Liga Italia 27 November 2017, 12:05 -
Pelatih Torino Kecewa Gagal Kalahkan Milan
Liga Italia 27 November 2017, 11:22
LATEST UPDATE
-
Pujian Setinggi Langit Bos Inggris untuk Myles Lewis-Skelly
Piala Dunia 22 Maret 2025, 21:16 -
Cedera Tidak Parah, Alisson Becker Siap Perkuat Liverpool Setelah Jeda
Liga Inggris 22 Maret 2025, 21:00 -
Diincar MU, Striker Eintracht Frankfurt Itu Siap Pindah Klub
Liga Inggris 22 Maret 2025, 20:28 -
Lupakan Australia, Timnas Indonesia Fokus Hadapi Bahrain
Tim Nasional 22 Maret 2025, 19:57
LATEST EDITORIAL
-
4 Pemain dengan Harga Lebih Mahal dari Kylian Mbappe di 2025
Editorial 21 Maret 2025, 08:42 -
Di Mana Mereka Sekarang? 7 Pemain yang Dilepas Barcelona pada 2015
Editorial 21 Maret 2025, 07:23 -
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Gelandang Terbaik Dunia 2017 Versi Xavi
Editorial 21 Maret 2025, 07:12 -
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Dilepas Real Madrid pada 2015
Editorial 20 Maret 2025, 10:39