Diego Maradona, Masalah Tak Terpecahkan Para Penjaga Gawang

Gia Yuda Pradana | 28 November 2020 19:14
Diego Maradona, Masalah Tak Terpecahkan Para Penjaga Gawang
Mengenang sang legenda Diego Maradona (c) AP Photo

Bola.net - Diego Maradona telah tiada. Namun, kehebatan mantan pemain Argentinos Juniors, Boca Juniors, Barcelona, Napoli, Sevilla, Newell's Old Boys, dan tim nasional Argentina itu akan kekal selamanya.

Maradona meninggal dunia pada 25 November 2020 di usia 60 tahun. Penyebabnya adalah serangan jantung.

Advertisement

Menurut mantan kiper Italia, Dino Zoff, Maradona adalah seniman bola yang tak ada tandingannya. Bagi para penjaga gawang, dia ibarat sebuah masalah yang tak ada pemecahannya.

1 dari 2 halaman

Terhebat Sepanjang Masa

"Maradona yang terhebat sepanjang masa, seniman yang paling dikenang," kata Zoff kepada surat kabar La Repubblica, seperti dikutip Football Italia.

"Saya selalu iri pada para seniman, karena mereka bisa menciptakan sesuatu. Saya seorang penjaga gawang, jadi tugas saya adalah untuk meredam kreativitas itu. Namun, saya bisa bilang bahwa beberapa seni mampu menerangi semua yang ada di sekitarnya."

"Seorang seniman memiliki perilaku yang berbeda dari manusia biasa, dan Diego adalah seniman terhebat yang pernah saya saksikan di lapangan sepak bola. Pele mungkin pemain yang lebih komplet, tapi dia tak sekreatif [Maradona]. Dia tak punya apa yang dimiliki seniman-seniman hebat."

"Pele hebat, tapi dia bukan Diego."

2 dari 2 halaman

Masalah Tak Terpecahkan Para Penjaga Gawang

Zoff lantas menceritakan seperti apa rasanya berlatih dengan Maradona. Zoff tak mengalaminya sendiri. Cerita ini dia dapatkan dari Luciano Castellini, rekan Maradona di Napoli.

"Dia hampir selalu seperti suatu masalah tak terpecahkan bagi para penjaga gawang," ujar Zoff.

"Teman saya, Luciano Castellini, yang merupakan rekan setim Diego di Napoli, bercerita pada saya. Dalam latihan, Maradona mencapai ujung area dengan men-juggling bola dengan kepala. Dia lalu menendangnya setinggi mungkin. Setelah bolanya turun, dia memvolinya ke sasaran dengan bahu."

"Anda harus berusaha menahannya. Itu adalah sebuah shot on goal yang natural, keras, dan sudutnya sulit, tapi dia melakukannya hanya dengan bahu."

"Rekan-rekan setimnya mencintai dia, karena dia memberi mereka kepercayaan diri. Dia juga tak pernah membiarkan mereka bekerja keras demi dia."

"Mereka akan berpikir, jangan patah semangat dan dia akan membawa kita ke kemenangan," pungkas Zoff.

Sumber: Football Italia