Kekalahan 6-1 MU, 7-2 Liverpool, dan Alasan Mengapa Premier League Bisa Banjir Gol di Awal Musim?

Asad Arifin | 7 Oktober 2020 13:26
Kekalahan 6-1 MU, 7-2 Liverpool, dan Alasan Mengapa Premier League Bisa Banjir Gol di Awal Musim?
Premier League, Manchester United 1-6 Tottenham (c) AP Photo

Bola.net - Premier League musim 2020/2021 baru masuk pekan keempat. Akan tetapi, ada banyak hasil mengejutkan. Liverpool kalah dengan skor telak, begitu juga Manchester United.

Liverpool, yang tidak lain adalah juara bertahan, kalah dengan skor 7-2 dari Liverpool. Pasukan Jurgen Klopp yang perkasa kalah dari klub yang musim lalu berjuang lolos dari zona degradasi.

Advertisement

Manchester United pun mengalami nasib buruk, kalah dengan skor 1-6 dari Tottenham di Old Trafford. Man City pun pernah mengalami situasi yang sama ketika kalah 2-5 dari Leicester City.

Ada banyak laga-laga yang berakhir dengan skor besar. West Ham menang 4-0 dari Wolves. Everton menang 5-2 dari West Brom, Tottenham menang 5-2 dari Soton, dan Chelsea imbang 3-3 melawan West Brom.

Ada banyak gol di Premier League awal musim ini. Lantas, apa yang terjadi?

1 dari 5 halaman

Dampak COVID-19?

Dampak COVID-19?

Pemain Everton merayakan gol yang dicetak James Rodriguez ke gawang Brighton dalam lanjutan Premier League, Sabtu (3 Oktober 2020). (c) AP Photo

Pemain belakang Everton, Michael Keane, mengakui fenomena banjir gol di pekan-pekan awal Premier League mendapat perhatian dari pemain. Namun, ada sudut pandang yang unik dari pemain asal Inggris itu.

"Jelas ada banyak gol tercipta dan Anda mungkin kebobolan tiga, tapi di Premier League saat ini Anda mungkin menang 4-3 atau 5-3," kata pemain 27 tahun.

Keane mengakui bahwa banyaknya gol mungkin terkait dengan absennya penonton di stadion. Selain itu, dari dalam pemain juga ada faktor yang berpengaruh. Salah satunya keharusan isolasi dan waktu latihan.

"Pemain tidak berlatih dengan waktu yang sama. Saya pikir suporter yang tidak hadir di stadion mungkin membuat sedikit perbedaan.".

"Ini mungkin membuat para striker punya lebih banyak kebebasan untuk mencoba hal-hal yang mungkin tidak akan mereka lakukan jika mereka merasa ada lebih banyak tekanan dengan para penggemar," kata Keane.

2 dari 5 halaman

Suasana yang Aneh di Tribune

Suasana yang Aneh di Tribune

Ollie Watkins merayakan golnya di laga Aston Villa vs Liverpool. (c) AP Photo

Rory Smith, jurnalis BBC Sports, menilai Premier League -juga sepak bola secara umum- berjalan aneh di awal musim 2020/2021. Faktor tidak adanya suporter di tribune membawa dampak besar bagi jalannya laga.

"Ini adalah bagian kecil dari kekacauan yang telah terjadi," kata Rory Smith.

Pendapat itu diperkuat oleh opini dari Mark Chapman, presenter BBC Sport.

"Saya sudah bicara dengan kriket dan atlet lain musim panas ini [yang berlaga tanpa penonton] dan lebih mudah bagi pikiran Anda untuk mengembara jika tidak ada suporter untuk menjaga konsentrasi Anda."

"Alan Shearer dan Jermaine Jenas membicarakan tentang adrenalin yang Anda dapatkan dari suporter. Mungkin adrenalin itu turun sedikit saat kerumunan tidak ada," tambahnya.

Carlos Carvalhal punya pendapat yang tidak jauh berbeda. Manajer klub asal Portugal, Braga, menilai kehadiran suporter membawa dampak bagi klub besar. Di sisi lain, bagi klub kecil, kini mereka tidak punya tekanan.

"Saya akan mengatakan [pengaruhnya] bahkan 20 persen," kata Carvalhal.

"Pengaruh suporter klub-klub besar biasanya memiliki efek yang jelas pada lawan juga karena mereka merasa lebih tertekan. Tanpa mereka, itu adalah 11 vs 11 dengan bola dan wasit. Semuanya seimbang," kata Carvalhal.

3 dari 5 halaman

Pertahanan Buruk dan Blunder Kiper

Pertahanan Buruk dan Blunder Kiper

Aston Villa vs Liverpool (c) Pool Getty via AP Photo

Chris Sutton, mantan bintang Premier League, tidak sepakat jika absennya suporter membawa dampak pada jumlah gol. Chris Sutton menilai fenomena banjir gol terjadi karena pertahanan yang buruk.

"Standar pertahanan menurun drastis," kata Chris Sutton.

"Ada argumen yang mengatakan jika ada penonton di Aston Villa dan [penjaga gawang Liverpool] Adrian, setelah kesalahan pertamanya, seberapa buruk kondisinya dengan penonton di sana?"

"Bahkan jika fans ada di sana, skornya akan tetap sama. Saya bermain bersama Man City dan skornya sama [6-1 melawan Manchester United]. Ada fans di sana saat itu," kata mantan bek Man City, Micah Richards.

4 dari 5 halaman

Lalu, Apa Yang Terjadi?

Lalu, Apa Yang Terjadi?

Manajer Manchester United (MU), Ole Gunnar Solskjaer (c) AP Photo

Manchester City, Liverpool, Manchester United, atau Leicester City bukan tim kaleng-kaleng. Mereka punya pemain level atas untuk bisa bertahan lebih baik daripada kondisi saat ini.

Namun, musim 2020/2021 berjalan dengan kondisi tidak normal. Tidak ada jeda yang cukup panjang bagi pemain antara musim lalu dan musim ini. Tidak ada sesi pramusim yang ideal bagi tim.

Para pemain, terutama yang bermain di level Eropa, harus menjalani jadwal padat di akhir musim 2019/2020. Sedangkan, klub-klub lain bisa istirahat.

Manchester United hanya punya jeda antarmusim selama 34 hari. Setan Merah pun hanya punya satu laga uji coba pramusim.

Tottenham kini mulai stabil karena mereka sudah memainkan delapan laga. Tottenham seperti sudah menemukan ritme bermain yang seharusnya didapat pada laga pramusim. Sedangkan, United baru memainkan lima laga.

Absennya fans, kesalahan individu, kelelahan, kurangnya persiapan, dan VAR mungkin semuanya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi banjir gol di pekan-pekan awal Premier League musim 2020/2021.

5 dari 5 halaman

Statistik

  • Tercipta 144 gol dari 38 laga yang sudah dimainkan musim ini. 40 gol lebih banyak dari musim 2019/2020.
  • Rata-rata gol per laga mencapai 3,79. Ini adalah nilai paling tinggi sejak musim 1930/1931 dengan 3.95 gol per laga.
  • 11 dari 38 laga yang sudah dimainkan berakhir dengan minimal lima gol tercipta [29 persen].
  • Liverpool menjadi juara bertahan pertama yang kebobolan tujuh gol sejak Arsenal pada 1953 lalu.
  • Jumlah tendangan ke gawang menurun, tetapi konversi gol menjadi lebih tinggi. 16.1 persen pada musim ini dibanding 11 persen pada musim lalu.

Sumber: BBC Sport