Usai Piala Presiden, BOPI Dorong Penyelenggaraan Turnamen-Turnamen Sepakbola
Editor Bolanet | 9 Oktober 2015 17:46
- Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) tak ingin sepakbola Indonesia kembali sunyi usai berakhirnya turnamen Piala Presiden. Karenanya, mereka menghimbau pihak-pihak terkait untuk menggelar turnamen.
Kami mendorong semua pihak untuk menggelar turnamen, ujar Sekretaris Jenderal BOPI, Heru Nugroho.
Asalkan mereka memenuhi syarat-syarat profesional, kami akan mendukung mereka sepenuhnya, sambungnya.
Menurut Heru, BOPI ingin turnamen berjalan agar sepakbola Indonesia tak mati suri, usai PSSI menghentikan kompetisi di tengah jalan. Mereka ingin agar kemeriahan sepakbola tetap berlangsung.
Sementara itu, BOPI juga mengecam tindakan PSSI yang menjatuhkan hukuman pada perangkat Piala Kemerdekaan. Mereka menyebut langkah PSSI ini hanya memuat gaduh dan kontraproduktif bagi perbaikan sepakbola nasional.
Apa yang dilakukan PSSI dengan menjatuhkan hukuman pada perangkat pertandingan Piala Kemerdekaan ini tak pantas. Selain karena mereka tak diakui, tindakan mereka ini hanya membuat kegaduhan dan kontraproduktif, papar Heru.
Lebih lanjut, Heru menyebut bahwa tindakan PSSI ini bisa membuat takut pihak-pihak yang hendak menyelenggarakan turnamen. Padahal, saat ini, BOPI mendorong pihak-pihak yang ada untuk menyelenggarakan turnamen.
Turnamen-turnamen ini kan juga untuk menjaga agar persepakbolaan Indonesia -termasuk pemain dan pelatih- tak mati suri selama proses reformasi ini, ia menandaskan. [initial]
(den/asa)
Kami mendorong semua pihak untuk menggelar turnamen, ujar Sekretaris Jenderal BOPI, Heru Nugroho.
Asalkan mereka memenuhi syarat-syarat profesional, kami akan mendukung mereka sepenuhnya, sambungnya.
Menurut Heru, BOPI ingin turnamen berjalan agar sepakbola Indonesia tak mati suri, usai PSSI menghentikan kompetisi di tengah jalan. Mereka ingin agar kemeriahan sepakbola tetap berlangsung.
Sementara itu, BOPI juga mengecam tindakan PSSI yang menjatuhkan hukuman pada perangkat Piala Kemerdekaan. Mereka menyebut langkah PSSI ini hanya memuat gaduh dan kontraproduktif bagi perbaikan sepakbola nasional.
Apa yang dilakukan PSSI dengan menjatuhkan hukuman pada perangkat pertandingan Piala Kemerdekaan ini tak pantas. Selain karena mereka tak diakui, tindakan mereka ini hanya membuat kegaduhan dan kontraproduktif, papar Heru.
Lebih lanjut, Heru menyebut bahwa tindakan PSSI ini bisa membuat takut pihak-pihak yang hendak menyelenggarakan turnamen. Padahal, saat ini, BOPI mendorong pihak-pihak yang ada untuk menyelenggarakan turnamen.
Turnamen-turnamen ini kan juga untuk menjaga agar persepakbolaan Indonesia -termasuk pemain dan pelatih- tak mati suri selama proses reformasi ini, ia menandaskan. [initial]
Baca Juga:
- Agar Kisruh Sepakbola Indonesia Kelar, Ini Syarat dari Menpora
- Sakit Stroke dan Tumor, Menpora Siap Bantu Paul Cumming
- Menpora Target Selesaikan Kisruh Sepakbola Indonesia Maret 2016
- Pemerintah Siapkan Sentul Gelar Moto GP Pada 2017
- Pra PON Tertunda, Ini Penjelasan Menpora
- Menpora Dukung Danone Aqua Nations Cup
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Ihwal Mogoknya Bonek FC, BOPI Akan Minta Penjelasan Mahaka Sports
Bola Indonesia 1 Oktober 2015, 19:52 -
BOPI Sayangkan Insiden WO Bonek FC
Bola Indonesia 29 September 2015, 17:22 -
Disuruh Ganti Nama, Persebaya United Belum Tentukan Sikap
Bola Indonesia 23 September 2015, 20:54 -
Pergantian Nama Persebaya United Diharap Tak Mengganggu Piala Presiden
Bola Indonesia 23 September 2015, 14:47 -
BOPI Usulkan Persebaya United Jadi Surabaya United
Bola Indonesia 23 September 2015, 14:45
LATEST UPDATE
-
Indonesia vs Bahrain: Duel Sengit Perebutan Tiket Piala Dunia 2026
Tim Nasional 24 Maret 2025, 02:07
LATEST EDITORIAL
-
4 Pemain dengan Harga Lebih Mahal dari Kylian Mbappe di 2025
Editorial 21 Maret 2025, 08:42 -
Di Mana Mereka Sekarang? 7 Pemain yang Dilepas Barcelona pada 2015
Editorial 21 Maret 2025, 07:23 -
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Gelandang Terbaik Dunia 2017 Versi Xavi
Editorial 21 Maret 2025, 07:12 -
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Dilepas Real Madrid pada 2015
Editorial 20 Maret 2025, 10:39