The Jakmania Nilai Kepolisian Diskriminatif Terapkan Aturan

- Pertandingan Persija Jakarta menjamu Raja Ampat dalam lanjutan ISL musim 2012-13, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Sabtu (06/4) petang, dipastikan berlangsung tanpa disaksikan suporter. Kontan, hal itu membuat The Jakmania-sebutan suporter Persija Jakarta- melontarkan kritikan terhadap pihak kepolisian yang menolak mengeluarkan izin keramaian.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) The Jakmania, Chairul Ichsan, berpandangan jika pihak kepolisian diskriminatif dalam menerapkan aturan. Selain itu, kinerja korps baju coklat tersebut belum bisa secara maksimal menerima tantangan yang terjadi, terkait penerapan pola pengamanan kegiatan yang secara alamiah memiliki potensi kerawanan sosial seperti sepakbola.

Harusnya, tertantang untuk menjawab dinamika pengamanan yang berkembang. Sehingga, ada rumusan pola pengamanan yang standar. Tingkat gangguan keamanan saat pertandingan kandang Persija, dapat dikatakan belum sampai mengancam situasi keamanan. Walau terjadi insiden, tapi sifatnya sporadis dan tidak sistematik, ujar pria yang sering disapa Chibom tersebut.

Dilanjutkannya, fakta yang harus jadi pertimbangan pihak kepolisian yakni bahwa pertandingan sepak bola yang reguler dijalankan, ternyata mampu menaikkan ekonomi level bawah. Karena, ada perputaran uang yang terjadi dalam setiap pertandingan, mulai dari bisnis kuliner, jasa, hingga merchandise.

Sepakbola itu hiburan rakyat. Apalagi, di kota Jakarta yang minim ruang-ruang interaksi sosial yang murah meriah. Maka, dapat dibayangkan secara psikologis sosialnya jika rakyat Jakarta mengalami diskriminatif dalam menikmati hiburan, sambung Chibom.

Setiap keramaian, tentu memiliki potensi terjadi kerawanan sosial. Itulah tugas dan fungsi kepolisian yang dirancang untuk dapat mengetahui dan mencegah terjadinya potensi kerawanan sosial. Sehingga, memang sudah menjadi tugasnya kepolisian untuk melayani dan mengamankan, pungkasnya. (esa/mac)