Ketua PSSI Lintas Zaman

Editor Bolanet | 20 April 2016 00:43
Ketua PSSI Lintas Zaman
PSSI (c) PSSI
- Selamat Ulang Tahun PSSI!!


Ya, PSSI yang merupakan induk organisasi sepakbola tertinggi di Indonesia tersebut sedang merayakan ulang tahunnya. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia tersebut hari ini merayakan hari jadinya yang ke-86.


Usia yang tidak lagi muda tentunya. Bahkan, usia PSSI sudah melebihi usia republik ini. Benar, Indonesia, pada bulan Agustus mendatang, baru akan merayakan ulang tahunnya yang ke-71.


Dengan usia tersebut, beragam lintasan zaman sudah pernah dilalui oleh PSSI. Dari masa ke masa, silih berganti putra-putra terbaik Indonesia pernah memimpin organisasi ini. Beragam prestasi pernah diukir oleh para pemimpin PSSI. Namun, tak jarang juga ada yang menuai kontroversi.


Tercatat, sudah ada 15 orang yang pernah menjabat sebagai ketua PSSI. Berikut sajikan kiprah para ketua PSSI dalam lintasan zaman:

[initial] (bola/asa)

1 dari 15 halaman

Soeratin Sosrosoegondo

Soeratin Sosrosoegondo

1. Soeratin Sosrosoegondo

19 April 1930-1940 dan 1941

Soeratin merupakan ketua umum PSSI, saat itu singkatan dari Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia, yang pertama kali.  Latar belakang pendidikannya adalah seorang sekolah tinggi teknik di Jerman. Pada tahun kedua menjabat ketua PSSI, Soeratin melakukan gebrakan besar dengan memutar kompetisi PSSI. Selanjutnya, kompetisi yang kemudian dikenal dengan istilah perserikatan.

Salah satu gebrakan lain yang dilakukan oleh sosok berpangkat Letnan Kolonel ini adalah menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa organisasi. Hal ini merupakan terobosan besar pada masa itu.  Pada waktu itu, pemerintah kolonial Belanda sangat mengatur ketat penggunaan bahasa sehari-hari.
2 dari 15 halaman

Artono Martoseowignyo

Artono Martoseowignyo

2. Artono Martoseowignyo

1941-1949

Tak banyak data yang bisa digali dari masa kepemimpinan Artono. Pada saat itu, kondisi Indonesia sedang penuh gejolak. Tahun 1942-1945 merupakan masa pendudukan Jepang. Sementara tahun 1945-1949 merupakan era revolusi fisik.

Pada masa pemerintahan Jepang, PSSI seperti organisasi-organisasi lainnya, diharuskan tunduk pada badan-badan baru ciptaan pemerintahan seperti Putera, PETA dll. Khusus untuk PSSI dan beberapa organisasi olahraga lainnya, harus tunduk dalam pengawasan Tai Iku Kai.
3 dari 15 halaman

Maladi

Maladi

3. Maladi

1950-1959

Sosok kelahiran Solo ini merupakan orang kepercayaan Bung Karno. Selain pernah dipercaya untuk menjabat ketua PSSI, Maladi pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan dan Menteri Olahraga. Maladi juga kiper andalan Hindia Belanda pada era tahun 1930-an.

Pada masa ini sepakbola Indonesia mulai bangkit. PSSI masuk sebagai anggota FIFA pada tahun 1951. Usai purna tugas sebagai ketua PSSI, Maladi pernah dipercaya sebagai Ketua Kehormatan FIFA 1962-66.

Salah terobosan yang dilakukan Maladi adalah dengan mendapuk pelatih asing untuk melatih timnas jelang Asian Games di India 1951. Pelatih asing tersebut yakni Choo Seng Que dan Tony Pogacnik. Terbukti, kedua pelatih ini mampu menjadi transfer ilmu bagi pemain Indonesia pada saat itu.
4 dari 15 halaman

Abdul Wahab Djojohadikoesomo

Abdul Wahab Djojohadikoesomo

4. Abdul Wahab Djojohadikoesomo

1960-1964

Semasa kepemimpinan Abdul Wahab, PSSI mulai menunjukkan tajinya sebagai di kancah sepakbola Asia. Bergabung dengan AFC pada tahun 1960, setahun kemudian timnas Indonesia mampu menjadi juara Asia pada level junior.

Sementara itu, masih di tahun yang sama, tim Indonesia senior juga menjadi juara di Merdeka Games.

Salah satu kontribusi besar Abdul Wahab adalah urusan pembinaan usia muda. Pada masa kepemimpinannya, Abdul Wahab menggagas pendirian Diklat Salatiga. Kelak pusat pembinaan pemain muda ini melahirkan beberapa pemain top Indonesia seperti Djunaedi Abdillah, Oyong Liza, Iswadi Idris, Sartono Anwar, Kurniawan Dwi Julianto hingga Bambang Pamungkas.
5 dari 15 halaman

Maulwi Saelan

Maulwi Saelan

5. Maulwi Saelan

1964-1967

Sama seperti Maladi, Saelan merupakan orang kepercayaan Bung Karno pada masa ia memimpin. Saelan adalah komandan Cakrabirawa, resimen khusus pengawal pribadi presiden, Bung Karno. Saelan juga merupaka kiper Indonesia pada ajang Olimpiade tahun 1956.

Pada masa ini, semangat PSSI dalam membangun sepakbola didasarkan pada semangat pembentukkan karakter bangsa. Bahkan, tak jarang sepakbola bercampur dengan ranah politik. Namun, dua unsur ini bersinergi dengan baik.

Geger besar pada tahun 1965 membuat PSSI era Maulwi Saelan tidak banyak melakukan kegiatan yang tercatat dengan baik. Tak banyak sumber tertulis yang bisa dilacak.
6 dari 15 halaman

Kosasih Poerwanegara

Kosasih Poerwanegara

6. Kosasih Poerwanegara

1967-1974

Sebelum menjabat sebagai ketua PSSI, Kosasih pernah menjabat sebagai wakil ketua PSSI selama dua periode. Ia menjadi orang kedua di PSSI di era kepemimpinan Maladi dan Abdul Wahab.

Pada masa kepemimpinan Menteri Sosial era kabinet Sjahrir inilah timnas Indonesia namanya semakin mengaung di kancah sepakbola Asia. Dua gelar juara digondol dari Piala Aha Khan di Bangladesh dan Piala Raja di Thailand.

Pada masa ini, timnas diperkuat oleh pemain yang sangat melegenda, Ramang. Penyerang asal Makassar ini merupakan mesin gol terbaik pada zamannya. Popularitas Ramang pada masa ini membuat profesi sebagai pemain sebagai bola mendapat tempat dikalangan anak muda. Hanya saja, pada era ini skandal suap juga sudah mulai masuk di sepakbola Indonesia.
7 dari 15 halaman

Badarsono

Badarsono

7. Badarsono

1975-1977

Era kepemimpinan Badarsono tidak berjalan dengan mulus. Ia harus lengser pada Kongres Luar Biasa PSSI pada tahun 1977.

Sebelum lengser, sosok yang lahir di Jogjakarta pada 24 April 1921 ini sempat menggagas berdirinya liga profesional di Indonesia. Ia juga sudah mengumpulkan beberapa investor yang bersedia menanamkan modalnya dan bersedia mengikuti liga profesional yang hendak ia gulirkan.

Namun, liga profesional yang direncanakan digelar pada 8 Agustus 1976 berantakan. Banyak pihak yang tidak percaya dengan kinerjanya. Ketidakpercayaan ini berujung pada Kongres Luar Biasa pada tahun 1977.
8 dari 15 halaman

Ali Sadikin

Ali Sadikin

8. Ali Sadikin

1977-1981

Nama Ali Sadikin lebih dikenal sebagai salah satu gubernur legendaris provinsi DKI Jakarta. Bang Ali terpilih untuk menggantikan posisi Badarsono pada Kongres Luar Biasa tahun 1977 di Semarang.

Terobosan yang dilakukan oleh Bang Ali pada masa ini adalah dengan memutar kompetisi Galatama (Liga Sepakbola Utama), meneruskan gagasan Badrsono. Kompetisi ini juga diikuti dengan berputarnya Galanita dan Galakarya. Kabarnya, kompetisi ini menjadi referensi dari Jepang untuk memperbaiki tata kelola kompetisi mereka.
9 dari 15 halaman

Sjarnoebi Said

Sjarnoebi Said

9. Sjarnoebi Said

1981-1983

Secara umum kebijakan Sjarnoebi Said meneruskan apa yang sudah dirintis oleh Badarsono dan Ali Sadikin. Hal tersebut tidak lepas bahwa Sjarnoebi merupakan ketua harian IV pada masa PSSI dipimpin oleh Ali Sadikin.

Sjarnoebi merupakan pengusaha yang sangat gila bola. Ia memiliki klub Krama Yudha yang ambil bagian di kompetisi Galatama. Kompetisi Galatama pada masa ini sedang sangat berjaya. Banyak pengusaha besar yang mengucurkan modal untuk ambil bagian di Galatama.

Krama Yudha menjadi salah satu klub terbaik di Indonesia pada masa ini. Selain dua kali menjadi jawara di Galatama, Krama Yudha juga meraih peringkat ketiga di Piala Antarklub Asia 1986.
10 dari 15 halaman

Kardono

Kardono

10. Kardono

1983-1991

Pada masa PSSI dipimpin oleh Kardono, gelimang prestasi berhasil mereka rengkuh. Timnas Indonesia berjaya di berbagai level kompetisi. Kardono juga memiliki beberapa gagasan visioner seperi pendirian Yayasan Sepakbola Indonesia yang bertujuan untuk memberikan tunjangan kepada pemain dengan prestasi terbaik.

Pada era Kardono, Indonesia sukses menjadi yang terbaik di ajang Sea Games 1987 dan 1991, Juara Piala Kemerdekaan 1987, Semifinal Asian Games 1986 dan juara grup IIIB Asia Timur babak kualifikasi Piala Dunia 1985.

Juara di Sea Games 1991 merupakan medali emas terakhir bagi sepakbola Indonesia di kancah olahraga multi even paling besar di Asia Tenggara tersebut. Hingga kini, prestasi Yusuf Ekodono dkk belum mampu diulang.
11 dari 15 halaman

Aswar Anas

Aswar Anas

11. Aswar Anas

1991-1999

Semasa dinahkodai oleh Aswar Anas, pasang surut prestasi sepakbola Indonesia terjadi. Terobosan besar yang dilakukan oleh pria asal Padang ini adalah dengan mengirim tim Primavera dan Baretti untuk berlatih di Italia. Beberapa nama tenar lahir dari program ini seperti Bima Sakti, Kurnia Sandy dan Kurniawan Dwi Julianto.

Aswar Anas juga melebur dua kompetisi, Galatama dan Perserikatan, menjadi satu kompetisi Liga Indonesia (Ligina).

Noda pada masa kepemimpinan Aswar Anas yakni mulai terbongkarnya skandal suap dan kolusi wasit di sepakbola nasional. Hal ini sebenarnya sudah mencuat sejak PSSI era Kardono. Skandal suap wasit inilah salah satu yang membuat kompetisi Galatama turun pamor dan kemudian dilebur.

Selain itu, publik tentu belum lupa dengan insiden gol bunuh diri Mursyid Efendi di Piala Tiger (sekarang AFF Cup).
12 dari 15 halaman

Agum Gumelar

Agum Gumelar

12. Agum Gumelar

1999-2003

Nama Agum sudah tidak asing bagi para pecinta sepakbola Indonesia. Belakangan Agum kembali aktif di sepakbola dengan kapasitas sebagai ketua Komite Ad Hoc PSSI.

Sempat terkoyak karena hiruk-pikuk reformasi 1998, pada masa kepemimpinan Agum, kompetisi Ligina yang di gagas sebelumnya bangkit dan terus berkembang dengan baik.

Hanya saja, pada masa ini prestasi timnas di kancah Asia Tenggara mulai menurun. Kepak sayap Garuda tercatat gagal pada final Piala Tiger tahun 2000 (kalah dari Thailand), Piala Tiger 2002 (Kalah dari Thailand). Indonesia juga hanya menjadi peringkat ke-3 di Sea Games 2001.

Meski begitu, pada masa ini peringkat timnas ada di posisi ke-91 dunia, yang terbaik hingga saat ini.

Agum mundur dari jabatannya sebagai ketua PSSI pada tahun 2003 untuk maju bersaing dalam perebutan ketua KONI.
13 dari 15 halaman

Nurdin Halid

Nurdin Halid

13. Nurdin Halid

2003-2007 dan 2007-2011

Pasang surut sepakbola Indonesia terjadi pada saat jabatan ketua umum PSSI diemban oleh Nurdin Halid. Tidak hanya soal kontroversi saja, sederet prestasi juga pernah dihadirkan oleh sepakbola Indonesia di era Nurdin.

Meski kerap mengalami perubahan sistem, kompetisi di Indonesia sempat menjadi kompetisi terbaik ke-8 di Asia pada era kepemimpinan Nurdin. Timnas Indonesia juga sukses mengukir kemenangan pertama saat membekuk Qatar dengan skor 2-1 pada babak grup Piala Asia.

Namun, secara umum prestasi timnas mulai menurun pada era Nurdin. Jangankan di tingkat Asia, di ajang Sea Games dan Piala AFF saja Indonesia selalu gagal menjadi yang terbaik. Bahkan, pada tahun 2011 untuk kali pertama sejak tahun 1996 Indonesia gagal ke Piala Asia.

Kontroversi yang hingga saat ini masih sangat dalam perbincangan publik tentu saja saat Nudrin memimpin PSSI dari dalam penjara. Kader Partai Golkar ini terjerat kasus korupsi dana pendistribusian minyak goreng BULOG pada tahun 2007.
14 dari 15 halaman

Djohar Arifin Husain

Djohar Arifin Husain

14. Djohar Arifin Husain

2011-2015

Djohar terpilih sebagai ketua umum PSSI pada Kongres Luar Biasa pada 9 Juni 2011 di Solo. Proses terpilihnya Djohar berjalan dengan sangat alot. Hal ini terkait dengan konflik yang sudah terjadi pada masa akhir kepemimpinan Nudrin Halid.

Energi sepakbola Indonesia pada masa ini sebagai besar habis karena adanya dualisme. Baik dualisme kompetisi dan timnas dan federasi (PSSI dan KPSI) terjadi. Pihak PSSI menggulirkan kompetisi Indonesia Premier League (IPL), sementara kubu KPSI getol dengan Indonesia Super League (ISL). Pun demikian dengan timnas. Kedua kubu memiliki timnas masing-masing.

Timnas Indonesia juga sempat mendapatkan sorotan tajam saat kalah dengan skor 10-0 atas Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia.

Namun, kering prestasi timnas Indonesia bisa dihapus pada masa ini. Hal tersebut menyusul kesuksesan timnas U-19 menjadi juara Piala AFF tahun 2013. Pasukan Indra Sjafri juga mampu menembus babak grup Piala Asia tahun 2014 meskipun pada akhirnya gagal lolos dari babak grup.
15 dari 15 halaman

La Nyala Mahmud Mattalitti

La Nyala Mahmud Mattalitti

15. La nyalla mahmud mattalitti

2015-Sekarang

La Nyala terpilih pada Kongres Luar Biasa PSSI yang dihelat di Surabaya satu tahun yang lalu. Namun, ia belum sempat menjalankan program-progam yang sudah ia canangkan.

Hal tersebut terkait dengan surat keputusan Menpora tentang pembekuan segala aktivitas organisasi PSSI pada 17 April tahun 2015 yang lalu.

Belakangan, La Nyala justru tengah sibuk dengan perkara hukum yang menjeratnya. La Nyala diduga melakukan tindak pidana korupsi oleh Kejati Jawa Timur dalam penggunaan dana KADIN Jawa Timur. Kasus ini berjalan cukup pelik hingga saat ini.