Thiago Motta, Bocah Italia Asal Brasil
Editor Bolanet | 29 Maret 2011 18:47Bola.net - Oleh: Yasa Febrianuswantoro
Terlahir di Brasil namun berakar Rovigo, Italia, Thiago Motta muncul sebagai ikon baru sepak bola Italia.
Hampir seabad lalu, ketenaran Ermanno Aebi berawal dari hattrick-nya pada kemenangan bersejarah Italia 9-4 atas Prancis di Velodrome Sempione, Milan pada 18 Januari 1920.
Striker berayah Swiss dan ibu Italia ini pada mulanya bermain sepak bola di sekolahnya di Neuchatel, Swiss, sebelum akhirnya ia menarik perhatian Giovanni Paramithotti, pendiri Inter Milan, dan menjadi oriundi (imigran yang pulang kembali ke negara asalnya, Italia atau Spanyol) pertama yang bermain untuk timnas Italia.
Aebi menjadi pelopor tradisi oriundi yang kuat ini. Dua puluh lima pemain kemudian mengikuti langkahnya membela Italia -12 pemain berkebangsaan Argentina, 5 Brasil, satu Paraguay, satu Afrika Selatan, dan seorang asal Skotlandia yang semuanya keturunan Italia- ditambah lagi Raimundo Orsi, Omar Sivoni, Jose Altafini dan Mauro Camoranesi.
Nama baru bertambah pada daftar tersebut pada Jumat malam lalu, dialah Thiago Motta.
Gol kemenangan Italia yang dicetak Motta ke gawang Slovenia setelah menerima umpan back-heel one-two dari Federico Balzazaretti, juga dirayakan 200 mil jauhnya oleh sepupu Motta, Luciano Fogagnolo, yang merupakan pemilik sebuah bar dan pendukung Juventus di desa Polesella, Italia.
"Ketika Motta mencetak gol ke gawang Slovenia, saya mencium fotonya yang ia kirim melalui orang tuanya," ungkap Fogagnolo dengan bangga.
Kakek buyut Motta juga turut bangga. Lahir di tahun 1897, Fortunato Fogagnolo pergi merantau untuk sebuah kehidupan baru, menjadikan Brasil sebagai tujuannya, dimana ia bekerja sebagai buruh tani.
Keluarga Motta memang tidak pernah melupakan asal usul mereka. Justru karena paspor ganda serta bakat yang dimiliki Motta-lah yang memikat Barcelona untuk memberinya satu tempat di tim sekitar satu dekade lalu. Ayah Motta, Carlos Roberto bahkan pulang ke Polesella untuk mengunjungi tanah kelahiran leluhur mereka pada liburan tahun 2001 silam.
"Keluarga saya berasal dari Italia," ucap Motta ditengah perbincangan tentang pemanggilannya untuk memperkuat skuad Cesare Prandeli sebelum pertandingan persahabatan menghadapi Jerman pada Februari silam.
"Mungkin saya tidak cukup beruntung untuk lahir di sini namun saya benar-benar merasa bahwa saya orang Italia. Saya tahu lagu kebangsaan Italia tapi saya tidak dapat menyanyikannya," terang Motta.
Paspor Motta memang tidak bermasalah, namun keabsahannya di skuad Azzurri patut dipertanyakan.
Penyebabnya, ia pernah membela Brasil dua kali pada ajang Gold Cup pada 2003. Tim Samba kemudian diundang untuk menjadi tim tamu pada kompetisi yang digelar di Meksiko dan Amerika, sayang Brasil tidak menunjukkan komitmen mereka pada Motta, malah menurunkan skuad U-23 yang diperkuat Kaka, Diego, Robinho, dan Adriano dengan pelatih Ricardo Gomes, pengganti pelatih saat itu, Carlos Alberto Parreira.
Dengan tidak adanya caps resmi Motta untuk Brasil, FIFA menyerahkan Motta pada Prandeli sebagai oriundi ketiga untuk Italia selama masa kepelatihannya. Kehadiran Motta lebih menjanjikan dibanding Cristian Ledesma dan Amauri bagi skuad Azzurri.
Motta ditempatkan sebagai salah satu dari trio gelandang tengah tim dimana mereka diperbolehkan saling bertukar posisi. Kehadiran Motta adalah apa yang diungkap harian Corriere della Sera sebagai "Revolusi halus Prandelli" yaitu usaha untuk menghapus tendensi sepak bola Italia yang menghindari inisiatif menyerang dan lebih mengandalkan serangan balik.
Sejauh ini hasilnya cukup memuaskan. Italia lebih fokus pada penguasaan bola dan tampil ofensif ketika menghadapi Jerman dan Slovenia. Motta memiliki peran penting pada skema ini dan tampil gemilang pada kedua kesempatan itu. Untuk kali pertama, pemain terbaik ini tampil bukan sebagai gelandang bertahan ataupun pemimpin serangan balik, namun lebih sebagai penyuplai bola.
Motta telah menunjukkan partisipasi yang mengesankan. "Ini merupakan pencapaian terbaik kita," ungkap Motta.
Dengan keunggulan enam poin di puncak klasemen ditambah tujuh pertandingan yang harus dilakoni, fans Azzurri berharap tren positif ini akan terus berlanjut. (bola/yasa)
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Dominasi Tim Raksasa Eropa di Laga Kualifikasi
Editorial 28 Maret 2011, 15:36 -
Kapten Tim, Permasalahan Sepele Untuk Capello
Editorial 25 Maret 2011, 19:55 -
Kualifikasi Piala Eropa 2012: Tiga Laga Penting Akhir Pekan
Editorial 25 Maret 2011, 07:21 -
Fokus: Analisa dan Prediksi Perempat Final Liga Champions
Editorial 24 Maret 2011, 05:52 -
Enam Pemain Dengan Rasio Gol Tertinggi di Eropa
Editorial 19 Maret 2011, 08:12
LATEST UPDATE
-
Jomplangnya Perbandingan Nilai Pasar Skuad Timnas Indonesia dan Bahrain
Tim Nasional 22 Maret 2025, 16:05 -
Hasil dan Klasemen Putaran ke-3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
Piala Dunia 22 Maret 2025, 15:10 -
Klasemen Putaran ke-3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
Tim Nasional 22 Maret 2025, 15:05 -
Timnas Argentina Mulai Terbiasa Bermain Tanpa Lionel Messi
Piala Dunia 22 Maret 2025, 14:48 -
Puja dan Puji untuk Myles Lewis-Skelly
Piala Dunia 22 Maret 2025, 14:14 -
Kesan Pertama Laga Timnas Inggris Bersama Thomas Tuchel, Apa yang Baru?
Piala Dunia 22 Maret 2025, 13:45
LATEST EDITORIAL
-
4 Pemain dengan Harga Lebih Mahal dari Kylian Mbappe di 2025
Editorial 21 Maret 2025, 08:42 -
Di Mana Mereka Sekarang? 7 Pemain yang Dilepas Barcelona pada 2015
Editorial 21 Maret 2025, 07:23 -
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Gelandang Terbaik Dunia 2017 Versi Xavi
Editorial 21 Maret 2025, 07:12 -
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Dilepas Real Madrid pada 2015
Editorial 20 Maret 2025, 10:39