Real Madrid vs Juventus, Apa Yang Salah Dari Sang Juara Bertahan?

Afdholud Dzikry | 13 April 2018 16:15
Real Madrid vs Juventus, Apa Yang Salah Dari Sang Juara Bertahan?
Cristiano Ronaldo. (c) AFP

Bola.net - Bola.net - Real Madrid sukses melewati hadangan Juventus di Santiago Bernabeu lewat sebuah pertandingan yang penuh drama. Sulit mencari kata tepat untuk mewakili apa yang terjadi di leg kedua perempat final Liga Champions itu.

Juventus meninggalkan Italia dan terbang ke Spanyol dalam sebuah misi yang banyak orang sebut sebagai mission impossible, di mana mereka mengejar ketertinggalan 0-3 akibat kekalahan di leg pertama di Turin. Namun tim asuhan Massimiliano Allegri tersebut mengejutkan semua orang ketika dalam tempo satu jam pertandingan, Bianconeri mampu menyamakan agregat.

Advertisement

Fans Real Madrid dibuat deg-degan dengan penampilan tim kesayangan mereka. Wajah-wajah tak percaya tampak mulai muncul hampir di seluruh tribun suporter. Sedangkan suporter Juventus terlihat begitu bersemangat ikut berjuang lewat chant-chant mereka sepanjang pertandingan. Hingga akhirnya pada menit ke-93, sebuah insiden terjadi.

Di awali sebuah umpan ke dalam kotak penalti Juventus yang dilepas Toni Kroos mampu diteruskan Cristiano Ronaldo dengan sebuah sundulan ke arah Lucas Vazquez, nama terakhir tersebut bersiap untuk meneruskan bola ke gawang Gianluigi Buffon sebelum dia terjatuh karena mendapatkan kontak dari Medhi Benatia. Tanpa ragu, wasit Michael Oliver menunjuk titik putih yang sontak mendapatkan protes dari pemain Juventus. Puncak dari protes itu adalah ketika kapten Bianconeri, Gianluigi Buffon mendapatkan kartu merah.

Keputusan tak berubah. Cristiano Ronaldo yang maju sebagai algojo mampu menjalankan tugasnya dengan baik setelah tendangan kerasnya tak mampu dijangkau oleh kiper pengganti, Wojciech Szczesny. Skor berubah menjadi 3-1. Satu gol yang sangat menentukan dan mengubah akhir pertandingan. Real Madrid lolos untuk ke semifinal untuk kali kedelapan secara beruntun, sebuah rekor di panggung Eropa.

Meskipun lolos ke semifinal Liga Champions, banyak yang heran kenapa Real Madrid bisa sampai begitu menderitanya melawan Juventus di Santiago Bernabeu. Terlebih rekor tuan rumah di kandang begitu mentereng sebelum melawan Juventus ini.

Untuk melihat apa yang berjalan baik dan apa yang tidak, kita harus sedikit menengok ke belakang dan menganalisis pemilihan taktik dari pelatih Zinedine Zidane pada pertandingan tersebut.

1 dari 3 halaman

1.Formasi

1.Formasi

Zidane memilih untuk tak memakai taktik 4-4-2 atau pun 4-3-3 yang selama ii sudah kerap menjadi pilihan taktiknya dan berulang kali mampu menghasilkan hasil yang positif musim ini. Dua formasi itu juga yang banyak disebut mampu mengeluarkan kemampuan terbaik dari mayoritas pemainnya saat ini. Dan pilihannya jatuh dengan memakai formasi 4-3-1-2.

Formasi ini akan sangat membantu Isco menjadi seorang gelandang serang (peran CAM) untuk menjadi penghubung antara Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale, alih-alih bermain melebar seperti biasanya.

Formasi ini juga memungkinkan tiga pemimpin lini tengah di belakang Isco, Toni Kroos, Casemiro dan Luka Modric untuk lebih banyak memiliki ruang bebas untuk dijelajah. Formasi ini memungkinkann mereka untuk melakukan apa yang terbaik dari mereka dalam mengendalikan laju permainan dan menjadi jembatan antara pertahanan dan serangan.

Di sisi lain, Zidane mendapatkan pelajaran 'bila sesuatu tak rusah, jangan memperbaikinya'. Real Madrid seharusnya melanjutkan kesuksesan taktik 4-4-2 yang mereka tampilkan di leg pertama di Turin, di mana mereka menang tiga gol tanpa balas. Perubahan formasi ini, ditambah penampilan pemain Los Blancos yang di bawah standar, membuat mereka lebih banyak menghabiskan waktu di pertahanan sendiri.
2 dari 3 halaman

2. Starting XI

2. Starting XI

Zidane harus membuat keputusan sulit melawan Juventus. Dengan tidak adanya pemain kunci seperti Sergio Ramos, itu berarti pelatih  harus membawa bek muda dan minim pengalaman seperti Vallejo untuk mengisi slotnya penting di jantung pertahanan.

Formasi tim adalah Keylor Navas di bawah mistar gawang. Empat bek adalah Dani Carvajal, Raphael Varane, Vallejo, dan Marcelo. Ini diikuti oleh trio gelandang Kroos, Casemiro, dan Modric. Di depan mereka adalah Isco dan kemudian dua penyerang adalah Bale dan Ronaldo.

Di atas kertas, ini adalah susunan pemain yang solid yang ingin dimiliki oleh tim mana pun, tetapi tentu saja itu tidak berjalan dengan baik dalam pertandingan ini. Real Madrid berjuang sangat keras untuk mempertahankan performa pertahanan dan membangun serangan yang efisien.

Dari lini depan kita melihat Benzema tidak menjadi starting dan Bale berada di posisi penyerang tengah bersama Ronaldo. Kita tahu Bale tidak memiliki kinerja yang cukup baik dalam posisi itu, jadi sangat membingungkan kenapa Zidane menempatkannya di sana. Kita tahu bahwa permainan Benzema dan Ronaldo lebih terjalin dan keduanya adalah salah satu duet menakutkan di sepakbola. Jadi ini menjadi pertanyaak mengapa Zidane tidak memainkan Benzema?

Melihat pemain di lini tengah, Zidane seharusnya lebih mempertimbangkan nama Marcos Asensio dan Lucas Vazquez dalam starting melihat performa keduanya selama ini. Dua pemain tersebut telah membuktikan diri mampu tampil luar biasa ketika mendapatkan kepercayaan, dan mungkin harusnya 'tidak dikorbankan' ketika menghadapi tim seperti Bianconeri.

Kedua pemain tersebut akan menambahkan aspek kedalaman dan juga kecepatan yang sangat dibutuhkan untuk menghukum pertahanan Juventus. Zidane bisa saja mengorbankan Modric dan Isco dan baru memainkan mereka di lain waktu di tengah-tengah pertandingan untuk perubahan taktik.

Last but not least, garis pertahanan.

Ini benar-benar sesuatu yang membuat takjub karena betapa Real Madrid kehilangan sosok pemimpin dan kapten tim ketika Sergio Ramos tidak ada di dalam lapangan. Ramos mendapatkan kartu kuning di leg pertama yang membuatnya absen pada pertandingan di Bernabeu. Pengalaman dan kemampuan Ramos benar-benar menjadi pembeda dalam pertandingan ini, kehadirannya diyakini akan memberikan ketenangan dan kemantapan dalam pertandingan sepenting ini.
3 dari 3 halaman

3. Efek Sepanjang 90 Menit

3. Efek Sepanjang 90 Menit

Formasi dan taktik mengatur kecepatan untuk pertandingan. Kita bisa melihat masalah di pertahanan dari dua gol yang dicetak Mandzukic karena perbedaan tinggi antara Carvajal dan penyerang asal Kroasia tersebut. Andai Ramos ada di sana, dia pasti bisa menghalau bola seperti itu.

Hal lain yang kita lihat adalah kemampuan bertahan Marcelo. Dia adalah pemain kelas dunia, tetapi dia benar-benar bekerja keras untuk mempertahankan daerahnya dari gelombang serangan Juventus. Kemampuannya untuk maju membantu serangan tidak tertandingi, tetapi dia benar-benar berjuang ketika harus kembali bertahan dan melindungi bek muda, Vallejo.

Memindai lini tengah, kita juga melihat kinerja ceroboh yang tidak biasa dari Casemiro. Dia tidak dalam permainan terbaiknya di pertandingan ini dan tampak kurang bisa menyatu melalui tim. Dalam peran vital seperti itu, kemampuannya untuk menjadi filter pertama pertahanan sangat penting.

Kroos, di sisi lain, memiliki permainan yang solid dengan umpan-umpannya, salah satunya yang mengawali penalti di masa injurty time, dan Luka Modric benar-benar bekerja keras sepanjang pertandingan.

Salah satu dari beberapa hal yang bisa kita berikan pujian pada Zidane dari pertandingan ini adalah dari sisi pergantian. Zidane mendapat nilai A+ dalam hal ini.

Keputusannya untuk memasukkan Asensio dan Vazquez di awal babak kedua menggantikan Gareth Bale dan Casemiro adalah titik balik di setengah jam terakhir pertandingan. Kita melihat betapa Vazquez mampu memberikan pressing dan juga mampu memicu serangan, ditambah dengan kemampuan Asensio yang membantu menghidupkan kembali tim. Kedua pemain tersebut mendapatkan pujian besar dari Ronaldo, yang selama pertandingan seperti kesulitan lepas dari penjagaan pemain Juventus.

Namun terlepas dari itu semua, Real Madrid membuktikan diri mereka sebagai jagonya Liga Champions. Sebagai juara bertahan, Los Blancos seakan memberikan peringatan kepada calon lawan-lawan mereka di semifinal, bahwa seburuk apapun permainan mereka, mereka siap memberikan mimpi buruk lewat sebuah insiden kecil yang bisa mengubah seluruh jalannya pertandingan.