Real Madrid Masih Layak dan Wajib Ditakuti
Gia Yuda Pradana | 21 Agustus 2018 13:26
Bola.net - Bola.net - Selepas hengkangnya pelatih Zinedine Zidane dan mesin gol Cristiano Ronaldo, ada kekhawatiran bahwa Real Madrid bakal mengalami degradasi kualitas. Kekalahan melawan Atletico Madrid di Piala Super Eropa juga membuat mereka semakin diragukan.
Barcelona pun diyakini tidak bakal kesulitan mempertahankan gelarnya di kancah La Liga. Barcelona masih diperkuat sang ikon Lionel Messi, dan telah mendatangkan beberapa pemain baru untuk memperkuat skuat. Dengan seteru abadi yang tak lagi bertaji, Blaugrana sepertinya tidak bakal tertandingi di ranah lokal.
Namun semua asumsi itu sepertinya perlu direvisi. Di pekan pembuka, Madrid telah membuktikan bahwa mereka masih layak dan wajib ditakuti.
Madrid meladeni Getafe di Santiago Bernabeu pada jornada perdana La Liga 2018/19, Senin (20/8). Pasukan Julen Lopetegui menang 2-0 lewat gol-gol Dani Carvajal di babak pertama dan Gareth Bale di paruh kedua.
Madrid mungkin memang cuma menang 2-0, tapi skor itu tidak mencerminkan segalanya.
Ada sejumlah hal positif di baliknya, yang bisa membuat publik Bernabeu tetap antusias dengan tim kesayangan mereka. Itu juga dapat dijadikan peringatan buat para rival.
Simak pembahasan lengkapnya.
Possession Football
Di bawah kepelatihan Julen Lopetegui, Madrid kini memiliki style of football yang baru. Madrid yang sekarang adalah Madrid yang permainannya berporos pada penguasaan bola. Madrid sekarang memainkan possession football.
Di Madrid, Lopetegui mencoba menerapkan sistem yang dia pakai untuk meloloskan Spanyol ke Piala Dunia 2018, yakni penguasaan bola dan operan-operan pendek. Madrid bukannya ingin meniru Barcelona, tapi inilah sepakbola Lopetegui.
Possession-based style ini sebenarnya sudah sedikit terlihat dalam laga melawan AC Milan di pramusim. Namun laga melawan Getafe bisa dibilang sebagai ujian kompetitif pertama mereka, dan para Madridista harusnya senang dengan apa yang mereka saksikan di atas lapangan Bernabeu.
Melawan Getafe, Madrid mendominasi laga dari menit awal hingga peluit panjang. Madrid membukukan penguasaan bola mencapai 78%. Sudah sangat lama sejak terakhir kali Madrid mencatatkan possession sebesar ini di La Liga.
Menurut AS, terakhir kali Madrid mencatatkan possession sangat telak dalam sebuah pertandingan La Liga adalah pada Februari 2012, ketika mereka mendominasi Levante dengan penguasaan bola sebesar 80%.
Ketika menghadapi Getafe, yang menempatkan sepuluh pemain di belakang bola dan bertahan dengan sangat rapi, kuncinya adalah pergerakan, operan dan change of play. Tanpa itu, Madrid tidak bakal mendapatkan apa-apa dari penguasaan bola mereka.
Madrid kini memiliki sistem baru, tapi sistem baru ini masih belum sempurna. Masih ada waktu bagi Lopetegui untuk memoles dan menyempurnakannya.
Clean Sheet
Dengan mendominasi penguasaan bola, Madrid bukan cuma bisa leluasa membangun serangan. Di saat bersamaan, mereka juga mampu meredam potensi ancaman dari lawan.
Getafe dipaksa lebih fokus bertahan. Sepanjang laga, Getafe bahkan nyaris tak merepotkan Keylor Navas di bawah mistar. Thibaut Courtois belum turun ke lapangan.
Getafe hanya mendapatkan kesempatan untuk melepas lima tembakan. Dari lima shots itu, hanya satu yang on target, dan Navas tak kesulitan menetralisirnya.
Selama pramusim, Madrid tak sekalipun meraih clean sheet. Melawan Atletico di Estonia, gawang Los Blancos bahkan kemasukan empat. Menang tanpa kebobolan adalah awal yang bagus bagi Sergio Ramos dan kawan-kawan.
Total Control
Kendali laga total berada di tangan Madrid. Getafe sampai harus melakukan 28 pelanggaran demi mencoba meredam Madrid, dan hasilnya mereka mendapatkan tujuh kartu kuning.
Padahal, Lopetegui hanya memainkan satu dari dua pengendali permainan yang dia miliki, yakni Toni Kroos, sebagai starter. Luka Modric baru diturunkan di menit 71, ketika Getafe mencoba mengambil alih permainan. Masuknya Modric membuat Getafe semakin kesulitan mendapatkan bola.
Kroos menampilkan permainan yang brilian. Operan-operannya hampir tak ada yang luput dari sasaran.
Dari 118 operan yang dilepaskan gelandang Jerman tersebut, 116 di antaranya tersambung dengan rekan-rekannya. Rasio operan akuratnya di laga ini mencapai 98%.
Itu adalah rasio operan sukses tertinggi oleh seorang pemain Real Madrid dalam satu pertandingan La Liga dengan operan 100+ sejak 2005/06.
Asensio, Ceballos, Nacho
Di tangan Lopetegui, ada setidaknya tiga pemain Madrid yang memperlihatkan perkembangan cukup signifikan. Tiga pemain itu adalah Marco Asensio, Dani Ceballos dan Nacho.
Asensio dan Ceballos dinilai sangat cocok dengan sistem permainan Lopetegui. Dia pun tak ragu memberi mereka kepercayaan.
Asensio sudah jadi starter dalam dua laga secara beruntun di lini serang. Pemain ofensif 22 tahun timnas Spanyol itu membalasnya dengan performa apik. Gol Bale tercipta salah satunya berkat keuletannya.
Ceballos juga demikian. Lebih sering jadi cadangan di era Zidane, Gelandang 22 tahun Spanyol tersebut kini diberi peran lebih penting oleh Lopetegui.
Hal serupa juga dirasakan Nacho. Bek 28 tahun Spanyol itu dimainkan sebagai starter melawan Getafe. Dia dipasang di tempat Raphael Varane, yang tampil buruk saat melawan Atletico, dan menampilkan performa impresif. Kemampuannya untuk bermain di posisi manapun di lini pertahanan (kiri, tengah, kanan) membuat dia jadi aset berharga bagi Madrid.
Gareth Bale
Selama masih ada Cristiano Ronaldo, pemain sehebat apapun tidak bakal bisa jadi nomor satu di Real Madrid. Itu pula yang terjadi pada Gareth Bale. Namun kini, setelah lepas dari bayang-bayang CR7, superstar Wales itu bisa mempertontonkan semua kehebatannya.
Di laga perdana melawan Getafe, Bale adalah pemain paling berbahaya dari kubu Madrid. Dia adalah sumber teror bagi lawan.
Di menit-menit awal, Bale menunjukkan kualitas yang dia tampilkan di pramusim - cepat, bertenaga dan mengancam secara konstan. Kesempatan pertama yang dia dapatkan adalah tandukan tajam yang masih menerpa mistar.
Setelah itu, Bale berperan untuk terciptanya gol pembuka oleh Carvajal. Barisan pertahanan Getafe seolah tak tahu apa yang harus mereka lakukan terhadapnya.
Di babak kedua, Madrid semakin tancap gas dan Bale menunjukkan kemampuan ofensifnya. Hanya lima menit setelah jeda, Bale memaksimalkan aksi impresif Asensio untuk menggandakan keunggulan Madrid. Bale pun tercatat selalu mencetak gol di jornada pertama dalam tiga musim terakhir.
Delapan gol dicetak Bale untuk Madrid di semua kompetisi lewat 11 tembakan tepat sasaran terakhirnya.
Bale tampak nyaman dengan perannya sebagai 'star player' Madrid pasca-Ronaldo.
Kini tak ada lagi yang membelenggunya. Selama tak dihantui cedera, seperti yang dia alami dalam beberapa musim terakhir, Bale pasti bisa mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya. Dialah salah satu alasan utama kenapa Los Blancos masih layak dan wajib ditakuti, tak terkecuali oleh Barcelona. (bola/gia)
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Modric Bantah Spekulasi Transfernya ke Inter Milan
Liga Spanyol 20 Agustus 2018, 22:58 -
Madrid Sudah Beranjak dari Kekalahan Piala Super Eropa
Liga Spanyol 20 Agustus 2018, 15:30 -
Merasa Lebih Baik, Bale Siap Antar Madrid Sapu Gelar
Liga Spanyol 20 Agustus 2018, 15:07 -
Puji Taktik Lopetegui, Ceballos Yakin Dapat Kesempatan Bermain Lebih Banyak
Liga Spanyol 20 Agustus 2018, 15:00 -
Carvajal Puji Gaya Bermain Madrid yang Sukses Batasi Peluang Lawan
Liga Spanyol 20 Agustus 2018, 14:30
LATEST UPDATE
-
Jadwal Lengkap BRI Liga 1 2024/2025
Bola Indonesia 22 Maret 2025, 07:53 -
Timnas Bahrain Sudah Tiba di Jakarta, Siap Tempur Hadapi Timnas Indonesia
Tim Nasional 22 Maret 2025, 06:27
LATEST EDITORIAL
-
4 Pemain dengan Harga Lebih Mahal dari Kylian Mbappe di 2025
Editorial 21 Maret 2025, 08:42 -
Di Mana Mereka Sekarang? 7 Pemain yang Dilepas Barcelona pada 2015
Editorial 21 Maret 2025, 07:23 -
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Gelandang Terbaik Dunia 2017 Versi Xavi
Editorial 21 Maret 2025, 07:12 -
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Dilepas Real Madrid pada 2015
Editorial 20 Maret 2025, 10:39