Metamorfosis Lionel Messi

Editor Bolanet | 20 April 2015 12:49
Metamorfosis Lionel Messi
Lionel Messi (c) AFP

Bola.net - Bola.net - Lionel Messi terus berkembang dari sejak mengawali karier profesional bersama pada tahun 2004 silam hingga sekarang. Permainan bintang Argentina itu seolah mengalami metamorfosis dari masa ke masa.

Ratusan gol sudah dicetaknya di semua ajang resmi dengan seragam Barcelona.

Advertisement

Bagaimana proses perkembangan Messi selama di Barcelona? Disadur dari sebuah artikel di situs resmi UEFA dan dipadu dengan sejumlah data serta statistik pendukung dari berbagai sumber, berikut ulasannya.

1 dari 3 halaman

Sayap Kanan, Lahirnya Legenda

Sayap Kanan, Lahirnya Legenda

Frank Rijkaard memberi Lionel Messi kesempatan melakoni debut ketika Barcelona menghadapi sang rival sekota Espanyol pada 16 Oktober 2004. Kebanggaan La Masia itu memainkan laga resmi pertamanya dengan tim senior Barcelona di usia 17 tahun 114 hari.

Rijkard memasukkan Messi untuk menggantikan Deco di sayap kanan Barcelona. Messi lalu mencetak gol perdananya ketika melawan Albacete Balompie pada 1 Mei 2005.

Messi makin mematenkan posisinya di sektor kanan serangan Barcelona musim berikutnya. Dia bahkan sampai membuat Ludovic Giuly tersingkir ke bangku cadangan.

Messi kemudian benar-benar 'meledak' di musim 2006/07. Speed dan dribbling skill Messi semakin matang. Itu membuatnya selalu jadi pilihan utama. Musim itu, Messi bahkan mencetak hat-trick perdananya. Hat-trick itu diukir Messi di panggung paling fenomenal, yaitu El Clasico melawan Real Madrid.



Sebulan kemudian, Messi menunjukkan aksi yang tak kalah fenomenal melawan Getafe di semifinal Copa del Rey. Messi mencetak gol sensasional dengan slaloming run dari tengah lapangan. Gol itu dianggap sebagai duplikat gol terbaik abad ini yang dikreasi oleh Diego Maradona melawan Inggris di Piala Dunia 1986.



Messi berlari dari jarak yang hampir sama (62 meter), melewati pemain lawan dalam jumlah yang sama (6, termasuk kiper), mencetak gol dari posisi serupa dan merayakannya di corner flag, seperti yang dilakukan Maradona di Meksiko 21 tahun sebelumnya. Ya, mereka berdua juga sama-sama berasal dari Argentina.

Sejak itu, publik percaya bahwa seorang legenda baru telah lahir ke dunia.
2 dari 3 halaman

The Deadly False Nine

The Deadly False Nine

Frank Rijkard hengkang dari Barcelona pada tahun 2008. Selama diasuh pelatih asal Belanda itu, Lionel Messi mengukir 42 gol dan 23 assist dalam 110 penampilan di semua ajang bersama Barcelona.

Posisi Rijkard kemudian digantikan oleh Josep Guardiola. Sebelumnya, Rijkard sempat mengisyaratkan bahwa masa depan Messi adalah di posisi yang lebih sentral. Guardiola mewujudkannya, tapi dengan sedikit suntikan inovasi yang istimewa.

Guardiola menggeser Messi dari kanan ke tengah, tepatnya di belakang striker utama. Messi diberi peran sebagai false nine. Transformasi Messi itu diaktifkan Guardiola dalam partai akbar La Liga, yakni El Clasico melawan Real Madrid di Santiago Bernabeu pada 2 Mei 2009.

Sepuluh menit setelah kick-off, skor masih 0-0, Guardiola memberi isyarat kepada Messi dan striker Samuel Eto'o. Dua pemain itu diinstruksikan Guardiola untuk bertukar posisi. Eto'o pindah ke kanan, sedangkan Messi ke tengah, tapi Messi bermain lebih dalam, bukan sebagai ujung tombak. Duo bek sentral Madrid Christoph Metzelder dan Fabio Cannavaro sontak dibuat kebingungan. Ibarat diberi soal ujian, mereka sama sekali tidak tahu jawabannya.



Sebuah studi oleh jurnalis Spanyol Marti Perarnau tentang Guardiola membuka sejumlah fakta menarik, termasuk bagaimana sang pelatih membawa karier Messi ke level yang berbeda. Saat melakukan risetnya, Marti Perarnau bertemu dengan Metzelder di Dusseldorf. Mantan bek Madrid itu bercerita tentang pembantaian di Bernabeu, khususnya tentang momen di mana Messi bermetamormofis menjadi seorang false nine.

Fabio dan saya saling berpandangan. 'Apa yang harus kita lakukan? Kita ikuti dia ke lapangan tengah atau tetap di belakang?' Kami sama sekali tak punya jawaban, papar Metzelder.

Dalam studinya, Perarnau juga mengungkap fakta menarik di balik inovasi Guardiola. Sehari sebelum laga, dari pertemuan sebelumnya, Guardiola bisa membaca bahwa Guti, Fernando Gago dan Royston Drenthe bakal memberi para gelandangnya pressing ketat. Guardiola juga sadar akan kecenderungan Cannavaro dan Metzelder untuk tidak berada jauh dari mulut gawang Iker Casillas. Artinya, ada ruang yang cukup terbuka antara mereka berdua (Cannavaro dan Metzelder) dengan para gelandang El Real.

Saat itu, pukul 10 malam, persiapan terakhir jelang lawan Madrid sudah selesai, semua orang sudah pulang, kecuali Guardiola. Dia lantas membayangkan bagaimana Messi bergerak bebas di ruang kosong yang tercipta di Bernabeu. Dia berimajinasi, Messi face-to-face dengan Metzelder serta Cannavaro dan dua bek Madrid itu membeku di posisi mereka karena tak yakin apakah harus mengejar Messi atau tidak. Bayangan itu sangat jelas di benak Guardiola.

Guardiola lalu mengangkat telepon dan men-dial nomor Messi. Leo, ini Pep. Ada yang sangat penting. Tolong datang ke sini sekarang.

Sekitar 30 menit kemudian, Messi datang. Guardiola lalu menunjukkan video pertandingan Madrid dan mem-pause-nya untuk memberi Messi petunjuk tentang ruang kosong yang dia maksud. Besok di Madrid, mulailah dari sayap seperti biasa. Saat kuberi isyarat, masuklah ke ruang yang baru saja kutunjukkan. Begitu Xavi atau Andres Iniesta mendobrak ke wilayah lawan dan memberimu bola, langsung saja ke gawang Casillas.

Strategi ini hanya mereka berdua yang tahu sampai Guardiola memaparkannya pada asistennya (almarhum) Tito Vilanova di hotel tim pada hari pertandingan. Beberapa menit sebelum kick-off, Guardiola mengajak Xavi dan Iniesta ke salah satu sudut dan mengatakan kepada mereka: Begitu kalian melihat Leo di ruang antara lini pertahanan, jangan ragu. Berikan bola padanya.

Hari itu, strategi Guardiola berjalan sempurna. Barcelona menang telak 6-2 dan memberi sang rival abadi salah satu kekalahan paling memalukan dalam sejarah mereka. Sejak itu pula, Messi dikenal sebagai salah satu false nine yang paling mematikan dalam sejarah sepak bola.
3 dari 3 halaman

Trisula Maut

Trisula Maut

Setelah Josep Guardiola hengkang dari Barcelona, Lionel Messi tetap mencetak gol demi gol secara konstan di bawah kepelatihan (almarhum) Tito Vilanova maupun Gerardo Martino. Masa-masa yang cukup suram juga sempat dialami Messi seiring cedera hamstring yang membekapnya.

Seburuk-buruknya performa Messi, dia masih tetap di jajaran atas. Itu karena Messi punya standar yang berbeda dari pemain kebanyakan.

Kedatangan Neymar di musim 2013/14 dan Luis Suarez di musim 2014/15 membuat wajah Messi serta Barcelona mengalami perubahan. Pelatih baru Luis Enrique merasakan perlunya sebuah evolusi skema guna memfasilitasi tiga pemain terbaiknya.

Enrique memasang Neymar di kiri, Suarez sebagai finisher di tengah, dan 'mengembalikan' Messi ke kanan. Namun, Messi tetap bermain lebih dalam dan menjadi ancaman bagi lawan lewat setiap ruang kosong yang tercipta dengan dribel serta kecepatannya.

Kehadiran Neymar dan Suarez tak menyurutkan sinar Messi. Dia justru semakin cemerlang.

Messi melakukan permainan kombinasi dengan Suarez dan Neymar lebih sering dibandingkan dengan para sesama penyerang Barcelona sebelumnya. Messi tak hanya tetap tajam, tapi juga menjadi salah satu pakar perancang assist. Semua itu berkat dua rekannya.

Saya mengawali musim ini dengan cara yang agak berbeda, tapi sekarang saya senang, kata Messi.

Kombinasi Messi, Suarez dan Neymar sebagai trisula maut di lini depan Barcelona memang istimewa. Saya belum pernah melihat kerja sama seperti yang ditunjukkan Luis, Ney dan Leo. Egoisme yang kerap terlihat pada seorang pesepakbola tidak ada di mereka bertiga. Kombinasi mereka sungguh spesial, papar Gerard Pique.



Di La Liga 2014/15 per jornada 32, Messi, Suarez dan Neymar mencetak total 64 gol untuk Barcelona. Messi menyumbang 35 gol (plus 16 assist), sedangkan Suarez 11 dan Neymar 18. Pada titik ini, kombinasi gol mereka bertiga bahkan sudah mengalahkan 93 dari 98 tim di lima liga top Eropa.

Messi kembali mengalami metamorfosis. Sama seperti sebelum-sebelumnya, Messi lagi-lagi berkembang menjadi pesepakbola yang lebih baik. Dia memang unik dan fantastis.