Mattia Caldara - Pewaris Scirea dan Nesta Penerus Dinasti Bek Tangguh Italia

Gia Yuda Pradana | 26 Juli 2018 13:30
Mattia Caldara - Pewaris Scirea dan Nesta Penerus Dinasti Bek Tangguh Italia
Mattia Caldara (c) Juventus FC

Bola.net - Bola.net - Italia seolah tak pernah berhenti melahirkan pemain berbakat, terutama bek sentral tangguh kelas dunia. Sebut saja Gaetano Scirea, Franco Baresi, Fabio Cannavaro dan Alessandro Nesta.

Era pemain-pemain itu sudah lewat. Namun ada beberapa yang siap meneruskan dinasti mereka.

Advertisement

Salah satu yang dinilai punya potensi untuk melakukannya adalah Mattia Caldara. Juventus dan Italia beruntung memilikinya.

Caldara lahir di Bergamo, 5 Mei 1994. Dia meniti jalan karier yang sama dengan Scirea. Namun dia tumbuh dan berkembang sebagai pesepakbola dengan Nesta sebagai sumber inspirasinya. Nomor 13, nomor yang sangat iedentik dengan Nesta sepanjang kariernya, pun jadi pilihannya.

Scirea dan Nesta dikenal sebagai bek tangguh yang elegan dalam mengawal lini belakang timnya. Mereka jarang melakukan pelanggaran fatal. Penempatan posisi dan kemampuan mereka dalam membaca serangan lawan pun tergolong istimewa. Selain itu, mereka juga memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi serta jadi teladan di dalam maupun luar lapangan.

Caldara masih muda. Namun dia sudah berada di jalur yang tepat untuk menjadi pemain dengan tipikal yang sama seperti dua bek legendaris Italia tersebut.

1 dari 5 halaman

Bek Tangguh

Bek Tangguh

Mattia Caldara (c) LightRocket
Caldara memiliki sejumlah atribut yang membuatnya jadi bek hebat.

Dengan tinggi mencapai 190 sentimeter, Caldara memiliki postur ideal untuk seorang bek sentral. Caldara juga dibekali power, keseimbangan serta kemampuan untuk membaca permainan, dan itu membuat lawan kesulitan menembus wilayah yang dijaganya, terutama lewat udara. Postur itu pula yang membuatnya berbahaya saat ikut menyerang.

Penempatan posisi dan kemampuannya untuk memotong operan lawan membuat Caldara dipercaya menjadi poros pertahanan meski usianya masih muda.

Itu pula yang membuat Roberto Mancini memberinya debut internasional dengan seragam Azzurri pada 1 Juni 2018.

Sama seperti Scirea atau Nesta, Caldara juga tipikal seorang ball-playing defender. Permainan-permainan yang dibangun dari belakang tak jarang berawal dari kakinya.

Namun Caldara bukannya tanpa kelemahan. Masih ada beberapa hal yang harus dia tingkatkan. Yang terutama adalah konsentrasi dan kedisiplinan.

Caldara masih cenderung melakukan beberapa pelanggaran tak perlu. Itu tak seharusnya terjadi jika dia selalu bermain dengan konsentrasi penuh hingga peluit panjang.

Di Serie A 2016/17, Caldara tercatat melakukan rata-rata 1,3 pelanggaran per laga dan mengoleksi empat kartu kuning. Pada 2017/18, angka itu naik menjadi 1,6 per laga dan mendapatkan lima kartu kuning sepanjang musim.
2 dari 5 halaman

Berawal Dari Atalanta

Berawal Dari Atalanta

(c) AFP
Skuat Juventus era 1970-an hingga 80-an penuh dengan bintang-bintang top, seperti Marco Tardelli, Michel Platini dan Paolo Rossi. Di atas mereka semua ada sang kapten Gaetano Scirea, bek tangguh dengan sentuhan seorang trequartista.

Dia adalah salah satu pemain terbaik dalam sejarah, kenang Dino Zoff, mantan partnernya di Juventus dan tim nasional Italia, seperti dikutip FIFA.com pada September 2014. Pemain paling elegan yang pernah saya lihat. Dia memiliki skill seorang playmaker.

Dia mampu melakukan segalanya. Takkan pernah ada pemain lain sepertinya.



Scirea merintis karier sepakbolanya di akademi Atalanta pada 1970 silam. Scirea melakodi debut Serie A ketika Atalanta melawan Cagliari pada 24 September 1972. Dia memperkuat tim utama Atalanta selama dua musim sebelum direkrut Juventus, klub yang kemudian dia bela sampai akhir kariernya.

Scirea dikenal sebagai seorang libero berkelas. Kemampuannya membaca permainan dia padu dengan teknik dan sportivitas. Dia tak pernah menerima kartu merah sepanjang kariernya. Dia adalah salah satu bek terhebat dalam sejarah sepakbola.

Sama seperti Scirea, Caldara juga menimba ilmu di akademi Atalanta. Dia bergabung di usia sembilan tahun pada 2003.

Caldara kemudian memperkuat tim Primavera Atalanta dari 2011 hingga 2014. Dia melakoni debut profesionalnya di usia 20 tahun pada Mei 2014, sebagai pemain pengganti ketika Atalanta melawan Catania di Serie A.

Caldara dipinjamkan ke klub Serie B Trapani dan Cesena pada pada musim 2014/15 dan 2015/16 untuk menambah jam terbang. Caldara kembali ke Atalanta sebagai pemain yang lebih matang dan tak butuh waktu lama baginya untuk mengamankan posisi inti di starting XI racikan pelatih Gian Piero Gasperini musim 2016/17.
3 dari 5 halaman

Musim Fantastis

Musim Fantastis

(c) AFP
Musim 2016/17 adalah musim yang fantastis bagi Atalanta. La Dea merasakan musim tersukses mereka di Serie A, finis peringkat empat dengan 71 poin hasil 21 kemenangan dan sembilan hasil imbang dari 38 pertandingan.

Musim ini juga menjadi awal kemunculan beberapa talenta muda yang diorbitkan oleh Gasperini, termasuk Andrea Conti dan Caldara.

Musim itu, Caldara termasuk satu dari lima pemain dengan performa terbaik di skuat Atalanta. Selain tangguh di belakang, Caldara juga berbahaya saat ikut naik membantu serangan, terutama dalam situasi-situasi bola mati, dan itu terbukti dengan tujuh gol yang dia cetak dalam 30 penampilannya di Serie A.

Dari awal, Juventus rupanya sudah melihat potensi yang dimiliki Caldara. Dia dinilai pantas menjadi calon pengganti Giorgio Chiellini atau Andrea Barzagli di masa depan.

Oleh karena itulah, pada Januari 2017, Juventus tak ragu merekrut Caldara dengan nilai transfer €15 juta plus variabel-variabel yang mengandung potensi kenaikan hingga €25 juta. Juventus mengontraknya empat setengah tahun, tapi Caldara tetap di Atalanta sampai 30 Juni 2018.

Saya pikir itu cuma gurauan. Hanya setelah selusin penampilan di Serie A, saya tak memercayainya, kata Caldara setelah transfernya ke Juventus diresmikan waktu itu, seperti dikutip Football Italia.

Saya pikir itu cuma rumor, tapi ternyata...

25 Februari 2017, Caldara menampilkan salah satu performa individu terbaik di Serie A 2016/17.

Giornata 26, Atalanta bertandang ke San Paolo untuk menghadapi Napoli - yang sedang berusaha mengejar Juventus dalam perburuan Scudetto. Atalanta menang 2-0 berkat Caldara yang memborong dua gol.


Caldara bermain luar biasa. Sebagai bek sentral, dia menunaikan tugas dengan baik menggalang lini belakangnya untuk meredam trident Napoli (Insigne, Mertens, Callejon), yang merupakan salah satu yang paling ditakuti di Eropa. Performa itu makin sempurna dengan dua gol yang dicetaknya.

Gara-gara Caldara, Napoli gagal mencetak gol di San Paolo untuk pertama kalinya sejak Desember 2015 dan rusaklah kans mereka untuk bersaing dalam perburuan gelar juara.
4 dari 5 halaman

Inspirasi Nesta

Inspirasi Nesta

Alessandro Nesta
Caldara tak pernah menyaksikan langsung aksi Gaetano Scirea. Dia lahir lima tahun setelah Scirea meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil pada 1989. Namun Caldara punya panutan lain, yakni Alessandro Nesta.

Beberapa hari setelah laga melawan Napoli itu, Caldara mengungkapkan bahwa permainannya terinspirasi dari Nesta.

Nesta adalah panutan saya. Dia merengkuh kesuksesan dengan permainan yang elegan dan kemampuannya dalam membaca serta mengantisipasi pergerakan lawan, kata Caldara seperti dikutip Football Italia.

Nesta memperkuat Lazio periode 1993-2002 dan Milan 2002-2012. Dia juga menjadi bek andalan Azzurri 1996-2006.

Nesta memiliki kemampuan komplet sebagai seorang pemain belakang. Dia diakui sebagai salah satu bek terbaik di generasinya dan salah satu bek paling hebat yang pernah ada.

Selain dibekali fisik dan teknik, Nesta juga memiliki kemampuan untuk membaca permainan serta menempatkan posisi dengan baik. Dia jago dalam zonal marking maupun man-to-man marking.

Melewati penjagaan Nesta bukanlah pekerjaan mudah. Seperti itulah sosok pemain yang menjadi sumber inspirasi Caldara.


Namun beda dengan Nesta, yang hanya mencetak 13 gol dalam 624 penampilan sepanjang karier profesionalnya di level klub, Caldara cukup tajam di depan gawang.

Selama dua musim terakhir, Caldara mencetak sepuluh gol di Serie A. Selama periode yang sama, hanya Marcos Alonso (13 gol) dan Sergio Ramos (11 gol) yang mengalahkannya dalam kategori bek tertajam di lima liga top Eropa.
5 dari 5 halaman

Jalan Menuju Legenda

Jalan Menuju Legenda

Mattia Caldara (c) Juventus FC
Musim 2017/18 adalah musim terakhir Caldara memperkuat Atalanta sebelum akhirnya gabung dengan Juventus. Musim itu, Caldara kembali tampil bagus, membantu Atalanta lolos ke semifinal Coppa Italia, babak 32 besar Liga Europa, dan finis peringkat tujuh Serie A.

Musim panas 2018, Caldara akhirnya 'resmi' berlabuh di Turin.

Caldara telah mengikuti latihan Juventus, bahkan sudah tampil dengan seragam La Vecchia Signora dalam laga pertama melawan Bayern Munchen dia ajang turnamen pramusim International Champions Cup di Amerika Serikat.

(c) AFP

Mengingat sejarah dan kisah legendaris Scirea, kehadiran Caldara pun mau tak mau pasti diiringi sebuah harapan besar. Namun Caldara sebaiknya yakin dengan kemampuan yang ada dalam dirinya.

Lagi pula, dia adalah pemain yang memiliki semua potensi untuk jadi pewaris Scirea dan Nesta sekaligus penerus dinasti bek-bek tangguh Italia. [initial]