EDITORIAL: Panenka, Teknik 'Pembunuh' Dari Titik 12 Pas

Editor Bolanet | 2 Desember 2013 17:24
EDITORIAL: Panenka, Teknik 'Pembunuh' Dari Titik 12 Pas
Andrea Pirlo vs Joe Hart di Euro 2012 (c) AFP

Bola.net - Oleh: Gia Yuda Pradana

Panenka style adalah teknik eksekusi penalti yang cukup populer di jagat sepak bola. Hampir tak ada orang yang tidak mengetahuinya. Namun, hanya beberapa yang berani menerapkannya di pertandingan nyata.

Pasalnya, Panenka merupakan teknik ampuh untuk 'membunuh' lawan yang juga bisa diibaratkan sebagai pedang bermata ganda. Salah-salah, hasilnya pasti berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan. Butuh mental baja, skill mumpuni untuk mengecoh penjaga gawang dan kepercayaan diri tinggi guna menyukseskannya, terutama di laga yang penuh tekanan.

Teknik ini pertama kali diperagakan oleh eks gelandang Cekoslovakia Antonin Panenka dalam adu penalti melawan Jerman Barat di final Euro 1976. Ketika skor 4-3, Panenka, yang merupakan algojo kelima Cekoslovakia, berhadapan satu lawan satu dengan Sepp Maier. Pressure-nya luar biasa. Namun, Panenka dengan dingin justru men-chip bola ke tengah gawang dan membuat Maier tampak seperti kiper amatiran. Cekoslovakia pun keluar sebagai juara dengan kemenangan 5-3 lewat adu penalti setelah bermain imbang 2-2 sepanjang waktu normal.



Seandainya Panenka grogi sedikit saja, yang menyebabkan Maier tidak terkecoh secara sempurna, kisahnya pasti berbeda. Ya, dari situlah Panenka style dikenal oleh seantero dunia.

Sejak itu hingga sekarang, beberapa pemain sudah mencoba menirunya. Ada yang berhasil, tapi ada juga yang gagal dan justru berakibat fatal.

Ambil contoh kiper Mickael Landreau, dengan rekor bagus dari titik 12 pas, yang membuang kesempatan membawa Nantes memenangi final Piala Liga Prancis 2004 ketika melawan Sochaux di partai final.



Ada pula Andrea Pirlo, yang eksekusinya ketika masih berseragam AC Milan dimentahkan dengan mudah oleh Pinto dalam laga kontra Barcelona di Joan Gamper Trophy 2010 di Camp Nou.



Sekarang, kita lihat mereka yang eksekusinya tanpa cacat. Terkini adalah Zlatan Ibrahimovic, yang satu dari dua penaltinya dalam kemenangan 4-0 PSG atas Lyon di pentas Ligue 1 2013/14 tercipta dengan Panenka style.



Ya, Panenka karya Ibrahimovic adalah Panenka teranyar yang bisa kita saksikan. Ibrahimovic pun menambah panjang daftar Panenka sukses dalam sejarah sepak bola.

Sebelum Ibrahimovic, ada juga beberapa nama tenar yang dengan dinginnya mengecoh kiper habis-habisan memakai teknik Panenka. Sebut saja Francesco Totti yang berperan membawa Italia mengalahkan Belanda dalam adu penalti di semifinal Euro 2000, Helder Postiga (Portugal) yang turut menyingkirkan Inggris di perempat final Euro 2004, serta Zinedine Zidane ke gawang Gianluigi Buffon pada menit 7 final Piala Dunia 2006, yang diwarnai insiden kartu merah akibat tandukan sang legenda ke dada Marco Materazzi dan Prancis kalah adu penalti tanpanya.







Satu lagi, tentu saja Pirlo. Dua tahun setelah kegagalannya di Camp Nou dan setahun pascakepindahannya ke Juventus, regista Italia itu kembali melakukannya. Kali ini, panggung dan tekanannya lebih besar, adu penalti melawan Inggris di perempat final Euro 2012.

Azzurri sedang berada dalam posisi sulit usai Riccardo Montolivo gagal melaksanakan tugasnya sebagai algojo kedua. Kiper Joe Hart tampak sangat percaya diri. Pirlo merasa perlu meruntuhkan mental Hart sekaligus mendongkrak kembali semangat timnya. Dia memilih Panenka. Eksekusi sukses 100 persen dan jalannya babak shootout berubah total. Mental Hart terpengaruh. Namun tak bukan hanya itu, ternyata para eksekutor Inggris yang menunggu giliran juga terkena efeknya. Penalti Ashley Young serta Ashley Cole meleset dan Italia pun jadi pihak yang tersenyum belakangan.



Terakhir, bisa kita katakan bahwa Panenka style memang sangat berisiko. Salah-salah, 'tersangkanya' bisa mendapat kenangan buruk yang tak mudah terlupakan.

Namun, jika dieksekusi secara sempurna dan di waktu yang krusial, Panenka style dapat menjadi senjata ampuh untuk 'membunuh' kepercayaan diri penjaga gawang serta tim lawan untuk kemudian meraih kemenangan, atau bahkan menjuarai sebuah turnamen bergengsi dengan cara elegan seperti yang dilakukan Antonin Panenka bersama negaranya di Belgrade 1976 silam.

Panenka adalah teknik 'pembunuh' artistik dari titik 12 pas. Semua mengenalnya. Namun, hanya beberapa yang berani memakainya. (bola/gia)