EDITORIAL: Cermin Sepakbola Indonesia Itu Bernama Jacksen
Editor Bolanet | 25 November 2013 20:19
Bola.net - Oleh: Dendi Gandakusumah
Ikan yang hidup di air acap tak sadar apa artinya air, demikian orang sering bilang. Beruntunglah si ikan jika air yang didiami itu bersih dan sehat. Namun, tidakkah bakal jadi malapetaka baginya apabila air itu tak lebih dari selokan beracun?
Saat ini, bisa jadi, nasib si ikan tersebut sedang dialami pecinta sepakbola Indonesia. Saking cintanya dan menjadikan sepakbola Indonesia sebagai bagian dari keseharian, mereka kerap tak menyadari kondisi sepakbola Indonesia, yang mereka akui sebagai kecintaan mereka itu.
Ketika kompetisi kita digoyang kabar miring adanya pengaturan skor, para pecinta ini serentak berteriak menolak. Pun demikian ketika ada tengara sepakbola kita tak lebih dari sekadar dagelan -yang sudah diskenario, para pecinta itu menutup kuping sembari melontarkan pembelaan mati-matian, tak ketinggalan pula sumpah serapah yang disemburkan.
Saat Timnas Indonesia gagal berprestasi? Gampang. Salahkan saja pelatihnya, hina saja para pemainnya atau sumpahi saja pengurus PSSI. Atau, yang sedang nge-tren, 'salahkan' saja Tuhan. Bilang saja kegagalan ini sudah suratan Yang Maha Kuasa. Simpel dan pasti aman. Tak perlu berpanjang kata dan usaha mencari pangkal musababnya.
Di situasi seperti inilah Jacksen F Tiago hadir. Seiring perubahan rezim di PSSI, pelatih asal Brasil ini didapuk menahkodai Timnas Indonesia. Sebuah tugas yang bisa dikata sangat berat, apalagi di tengah badai konflik yang belum reda betul.
Jacksen tak menyerah dengan hambatan-hambatan yang muncul dalam menjalankan tugasnya. Mulai dari masalah pemain yang tidak datang tepat waktu, tambal sulam program sampai gagalnya Badan Tim Nasional dalam menyusun jadwal pertandingan uji coba, semua itu pernah dialami salah satu pemain asing terbaik di Indonesia tersebut.
Meski tampak tegar dan berupaya tak terpengaruh dengan semua itu, Jacksen tetaplah tidak menganggap ini sebagai sebuah hal yang wajar dan bisa dimaklumi. Dia misalnya mengaku bahwa tak adanya uji coba mengganggu persiapan timnya menghadapi pertandingan.
Tapi Bigman, saya berusaha untuk tetap tidak terpaku pada masalah. Saya berusaha mencari solusinya. Saya berusaha tetap logis, ujar pria kelahiran 28 Mei 1968 ini beberapa waktu lalu. Kalau saya terpaku pada masalah, ada banyak sekali masalah. Kapan kita akan bekerja kalau hanya berpikir masalah? Bisa stress sendiri saya.
Di tengah tuntutan membawa Skuat Garuda -julukan Timnas Indonesia- terbang tinggi, Jacksen harus berkejaran dengan berbagai halangan.
Sampailah pada suatu titik, Jacksen merasa cukup. Enough is enough. Entah ada tekanan atau tidak, yang jelas pecinta rawon ini menegaskan bakal meninggalkan tak hanya jabatan Timnas Indonesia. Dia juga mengaku bakal mundur dari Persipura.
Menurutnya, saat ini sepakbola Indonesia tengah menurun. Karenanya, dia perlu untuk mencari tantangan baru di luar negeri. Tapi, saya pasti akan kembali ke sini, Bigman, janjinya.
Tak perlulah kita berpolemik mengenai keputusan Jacksen ini. Sebagai seorang logis -dan selalu berupaya mencari solusi- bisa jadi mundurnya Jacksen ini merupakan sebuah solusi baginya untuk menjaga kewarasan.
Sebagai sosok yang sejak lahir menghirup udara di tanah sepakbola, kecintaan Jacksen pada si kulit bundar tak perlu lagi diragukan. Bisa jadi, kondisi sepakbola Indonesia belakangan ini menyakiti hati dan menjadi sebuah masalah bagi pria kelahiran Rio de Jainero ini.
Yang pasti, Jacksen bukanlah sosok ikan yang tak tahu artinya air. Dia adalah cermin. Cermin kecintaan terhadap sepakbola, yang (sempat) memutuskan hijrah dari Indonesia karena tak sanggup melihat sepakbola disakiti dan diperkosa oleh orang-orang yang kerap mengaku mencintainya.
Sudah seharusnya kita bijak dalam bercermin dan mau mengakui kekurangan juga bopeng kita yang ditunjukkan cermin tersebut. Alih-alih melakukan apa yang telah menjadi peribahasa, buruk muka cermin dibelah. (den/dzi)
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Kiprah Pelatih Timnas Indonesia, Bukti Kursi Panas Merah Putih
Editorial 22 November 2013, 09:39 -
MNC Cup Jadi Prospek Jangka Panjang PSSI
Tim Nasional 21 November 2013, 14:12 -
PSSI dan Papua Nugini Jalin Kerja Sama Pembinaan Usia Muda
Bola Indonesia 20 November 2013, 06:10 -
PSSI Diminta Menggelar Kursus Pelatih Futsal Level AFC
Bola Indonesia 18 November 2013, 15:25 -
PSSI Pastikan Format ISL Pada 12 Desember
Bola Indonesia 16 November 2013, 14:53
LATEST UPDATE
-
Jerman Main Trik Sepak Pojok! Cetak Gol dan Permalukan Italia
Piala Eropa 24 Maret 2025, 08:15 -
Daftar Lengkap Negara Lolos Semifinal UEFA Nations League 2024/2025
Liga Eropa UEFA 24 Maret 2025, 08:06 -
Daftar Pelatih yang Sudah Dipecat pada Musim 2024/2025
Liga Inggris 24 Maret 2025, 07:54 -
Balotelli Ejek Dzeko Gara-Gara Luka Parah saat Bela Timnas Bosnia-Herzegovina
Piala Dunia 24 Maret 2025, 07:24 -
Danilo Semprot Agennya Gara-Gara Komentar Negatif soal Pelatih Baru Juventus
Liga Italia 24 Maret 2025, 07:22 -
Hasil Prancis vs Kroasia: Skor 2-0 (agg 2-2, 5-4 pen)
Piala Eropa 24 Maret 2025, 06:26 -
Juventus Menyesal Pilih Thiago Motta Sebagai Pelatih?
Liga Italia 24 Maret 2025, 06:25 -
Istri Thiago Motta Angkat Bicara Usai Pemecatan Suaminya dari Juventus
Liga Italia 24 Maret 2025, 06:17 -
Inter Berharap Sejarah Terulang Setelah Juventus dan Milan Pecat Pelatih
Liga Italia 24 Maret 2025, 06:01 -
Rekor Buruk Thiago Motta Jadi Faktor Utama Pemecatan
Liga Italia 24 Maret 2025, 05:52
LATEST EDITORIAL
-
4 Pemain dengan Harga Lebih Mahal dari Kylian Mbappe di 2025
Editorial 21 Maret 2025, 08:42 -
Di Mana Mereka Sekarang? 7 Pemain yang Dilepas Barcelona pada 2015
Editorial 21 Maret 2025, 07:23 -
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Gelandang Terbaik Dunia 2017 Versi Xavi
Editorial 21 Maret 2025, 07:12 -
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Dilepas Real Madrid pada 2015
Editorial 20 Maret 2025, 10:39