3 Alasan Lionel Messi Tak Mampu Bersinar di Timnas Argentina
Aga Deta | 28 Juni 2019 14:56
Tidak ada yang meragukan kemampuan Lionel Messi di atas lapangan. Dia berhasil mengantarkan Barcelona meraih banyak gelar di berbagai kompetisi.
Namun, anomali karier pemain berusia 32 tahun itu terjadi di level tim nasional. Lionel Messi tidak pernah sukses bersama Timnas Argentina.
Fakta menunjukkan bahwa Messi telah mengoleksi 68 gol dari 133 pertandingan di Tim Tango. Pemain asli Rosario tersebut adalah pencetak gol terbanyak sepanjang masa Argentina, namun pencapaian Messi seperti tak berarti, Los Albiceleste tak pernah juara di era sang pemain.
Rasio gol Messi 0,51 di Argentina, dia mencetak gol untuk Argentina rata-rata satu setiap dua pertandingan dan ini jauh di bawah 0,85 gol/pertandingan saat dirinya bermain di Barcelona.
Dia hanya mencetak enam gol dari 19 pertandingan Piala Dunia dan belum memenangkan trofi utama bersama Argentina. Messi kalah di empat final bersama tim nasional dan ini sangat kontras dengan seabrek trofi di Barcelona. Total ia memenangkan 34 piala utama di sana.
Pertanyaan yang sama di antara para penggemar dan pakar adalah mengapa Lionel Messi tak dapat mentransfer kehebatannya dari level klub ke timnas. Ada sejumlah alasan yang masuk akal mengapa Messi berkinerja buruk di Timnas Argentina. Simak penjelasannya di bawah ini:
Argentina Minim Pemain Bagus
Beberapa tahun belakangan bisa dibilang Timnas Argentina kering pemain berkualitas.
Di sektor pertahanan, selain Walter Samuel dan Javier Zanetti, Argentina bisa dibilang tidak memproduksi bek kelas dunia selama 15 tahun terakhir.
Di sisi lain tim Tango hanya memiliki dua gelandang tengah level top dalam rentang waktu yang sama; Juan Roman Riquelme dan Javier Mascherano.
Bandingkan di saat bersamaan Belgia, Prancis, Jerman, Spanyol, Brasil, tak henti-henti memproduksi pemain top.
Lionel Messi menderita dengan situasi ini. Ia harus berjuang sendirian. Permainan Timnas Argentina bisa dibilang gampang ditebak karena hanya mengandalkan Messi seorang. Situasi beda terjadi di Barcelona. Ia bisa fokus di lini ofensif, karena di lini lain klub tersebut punya pemain berkualitas.
Pergantian Pelatih yang Terlalu Sering
Lionel Messi membuat debut klub resminya pada Oktober 2004 dan dalam 15 tahun di Barcelona, ia hanya ditangani enam pelatih saja. Rata-rata mereka bertahan selama tiga musim di Tim Catalan. Praktis hanya Tito Vilanova (yang secara tragis didiagnosis menderita kanker hanya satu tahun dalam masa jabatan manajerialnya) dan Gerardo Martino yang lengser lebih cepat karena dinilai gagal menyajikan prestasi.
Sebaliknya, selama 15 tahun bersama tim nasional, Messi telah dipimpin sembilan pelatih, mulai dari Jose Pekerman hingga Lionel Scaloni.
Yang mengejutkan, kesembilan pria yang melatih Messi di Timnas Argentina itu memiliki temperamen yang berbeda-beda.
Sebut saja Diego Maradona yang emosinya labil dan doyan ribut dengan pemain atau Alejandro Sabella yang dikenal santun dalam bertutur kata.
Masing-masing pelatih membawa pola bermain yang berbeda. Ia memakai pemain-pemain yang mendukung strateginya.
Perubahan ini membuat performa Timnas Argentina tak stabil. Tim Tango tidak pernah punya pondasi starting eleven yang bersifat tetap. Buat Messi ini amat mengganggu, karena ia harus beradaptasi dengan rekan baru setiap pelatih baru datang.
Tekanan Terlalu Tinggi
Adalah fakta sepak bola di Argentina hampir merupakan sebuah agama, suguhan permainan indah berbalut fanatisme jadi tontonan sehari-hari.
Kenyataannya selama 28 tahun, Argentina puasa trofi internasional.
Hingga hari ini, Diego Maradona dipuja sebagai dewa di negaranya karena kepahlawanannya membawa pulang Piala Dunia 1986 dan sejak itu, penggemar Argentina berharap munculnya juru selamat baru.
Kedatangan Messi seperti jawaban doa masyarakat Argentina. Ia diharapkan bisa menjadi Next Maradona.
Tekanan untuk mengembalikan trofi besar yang sudah lama ditunggu-tunggu dan menjadi sebuah pembenaran bagi rekan senegaranya, selalu tampak jelas terlihat saat Messi keluar dengan mengenakan kostum kebesaran Argentina.
Ia tidak memiliki kebebasan dan ketenangan seperti saat membela Barcelona. Bagus atau jeleknya hasil Argentina selalu dikaitkan dengan Messi. Sementara di Barcelona, tidak selalu demikian.
Sumber: Liputan6.com
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Terungkap, Barcelona Lepas Ronaldinho dan Deco Demi Lindungi Messi
Liga Spanyol 27 Juni 2019, 09:00 -
Presiden Jokowi Diberi Jersey Timnas Argentina Dengan Nomor Lionel Messi
Bolatainment 27 Juni 2019, 01:06 -
Rivaldo Balas Kritikan Van Gaal Pada Lionel Messi
Liga Champions 26 Juni 2019, 22:24 -
Duo Barcelona 'Magnet Pelanggaran' di Copa America 2019
Amerika Latin 26 Juni 2019, 15:46 -
Kalah Gol, Lionel Messi Unggul di Statistik Lain
Amerika Latin 26 Juni 2019, 14:10
LATEST UPDATE
-
Julian Alvarez Geram dengan Kontroversi Penalti di Liga Champions
Liga Spanyol 23 Maret 2025, 01:32 -
Jaap Stam Yakin Jeremie Frimpong Cocok untuk Manchester United
Liga Inggris 23 Maret 2025, 01:02 -
Franck Ribery Ungkap Hampir Kehilangan Kaki Setelah Pensiun
Liga Eropa Lain 23 Maret 2025, 00:32 -
Arsenal Tak Punya Alasan Gagal Juara Jika Datangkan Pemain Ini
Liga Inggris 23 Maret 2025, 00:01 -
Patrick Kluivert Tak Punya Pilihan, Timnas Indonesia Harus Kalahkan Bahrain
Tim Nasional 22 Maret 2025, 23:16 -
Media Belanda Ikut Analisis Peluang Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026
Tim Nasional 22 Maret 2025, 23:02 -
Hadapi Bahrain, Rizky Ridho Disebut Cocok Kembali Berduet dengan Jay Idzes
Tim Nasional 22 Maret 2025, 22:55 -
Rekor Pertemuan Timnas Indonesia vs Bahrain: Saatnya Garuda Bangkit!
Tim Nasional 22 Maret 2025, 22:34 -
Belajar dari Kekalahan, Ini Solusi Pertahanan Timnas Indonesia vs Bahrain
Tim Nasional 22 Maret 2025, 22:19
LATEST EDITORIAL
-
4 Pemain dengan Harga Lebih Mahal dari Kylian Mbappe di 2025
Editorial 21 Maret 2025, 08:42 -
Di Mana Mereka Sekarang? 7 Pemain yang Dilepas Barcelona pada 2015
Editorial 21 Maret 2025, 07:23 -
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Gelandang Terbaik Dunia 2017 Versi Xavi
Editorial 21 Maret 2025, 07:12 -
Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Dilepas Real Madrid pada 2015
Editorial 20 Maret 2025, 10:39