Kisah Pal Dardai: Kawan Sejati Hertha Berlin

Afdholud Dzikry | 2 Juli 2019 11:46
Kisah Pal Dardai: Kawan Sejati Hertha Berlin
Pal Dardai. (c) DFL

Bola.net - Ada yang lebih lestari dari cinta pada sang pujaan hati, yaitu persahabatan sejati. Fans Die Alte Dame memahami itu dari sosok Pal Dardai. Pria asal Hungaria berusia 43 tahun ini telah menjadi bagian Hertha Berlin selama lebih dari 22 tahun.

Dardai dan Hertha adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Bahkan di saat ia memutuskan untuk meninggalkan kursi kepelatihan Hertha pada 16 April 2019 lalu, manajemen klub pun tak ingin buru-buru mengucapkan selamat tinggal. Dardai diharapkan tetap berada di Hertha untuk menangani tim muda mereka pada tahun 2020 nanti.

Advertisement

Simak artikel selengkapnya mengenai kisah cinta Hertha Berlin dan Pal Dardai di bawah ini.

1 dari 2 halaman

Satu Klub, Satu Hati

Dardai muda datang ke Hertha pada awal tahun 1997 dari klub negara asalnya, Budapesti VSC. Di musim tersebut, ia langsung berhasil membawa The Old Lady promosi ke Bundesliga. Sejak saat itu, Dardai menoreh sejarah. Ia menjadi pemain dengan penampilan terbanyak sepanjang masa untuk Hertha. 373 laga telah ia mainkan bersama klub ibu kota tersebut di semua kompetisi dengan catatan 22 gol dan 17 assist.

Dardai menjadi bagian penting dalam kiprah Hertha yang bertabur bintang di era 2000-an. Sebut saja Sebastian Deisler dan Marcelinho, bersama dengan Dardai, mereka menjadi kekuatan utama Hertha dalam bertarung memperebutkan tempat di Liga Champions dan Piala UEFA selama kurun waktu sepuluh musim. Dardai pun menyumbang dua gelar piala liga pada tahun 2002 & 2003.

Sayangnya sejak musim 2009/10, ia kerap dilanda cedera. Puncaknya adalah saat ia harus absen selama setengah musim karena cedera engkel. Hal itu pula yang menyebabkan tersungkurnya Hertha hingga harus terdegradasi ke kasta kedua, namun sekali lagi, Dardai tetap setia bersama Hertha.
Dardai pun memutuskan pensiun di akhir musim 2011/12 namun ia tak pernah meninggalkan tim kesayangannya itu. Di musim yang sama, ia mulai terjun di balik layar sebagai asisten pelatih tim U-17 bersama Andreas Thom. Setahun kemudian, ia naik menjadi pelatih kepala tim muda Hertha selama dua tahun sebelum akhirnya mengambil alih posisi pelatih di tim utama pada tahun 2015.

2 dari 2 halaman

Berakhir Namun tak Berpisah

Musim 2018/19 menjadi musim yang penuh pasang surut bagi Hertha. Mereka sempat mengejutkan Bundesliga dengan rentetan hasil positif dan sempat bertengger di posisi kedua pada pekan ke-4. Mengandalkan gelandang serang powerful, Ondrej Duda, serta striker veteran, Vedad Ibisevic, Hertha bahkan berhasil mengalahkan sang juara bertahan Bayern München 2-0 pada pekan ke-6. Namun sejak saat itu, mereka tak lagi berada di posisi empat besar.

Tren antiklimaks ini memaksa General Manager Hertha, Michael Preetz, mengambil keputusan untuk mengakhiri masa jabatan Dardai di akhir musim. Top skorer sepanjang masa Hertha tersebut—yang juga merupakan rekan setim Dardai saat masih bermain—mengatakan bahwa Hertha butuh “dorongan” baru menyambut musim 2019/20 mendatang dan menilai kinerja Dardai selama empat setengah tahun sebagai hal yang “konstruktif.” Preetz pun menegaskan meski Dardai tak lagi menjadi pelatih Hertha, namun ia akan tetap menjadi bagian dari tim untuk masa mendatang sebagai pelatih tim muda.

Pada akhirnya, dedikasi Dardai bagi Hertha selama kurun waktu lebih dari 22 tahun itu tak dipandang sebelah mata dan menjadi pertimbangan klub untuk memberikan penghormatan yang layak, meski tak akan pernah sepadan, dengan tetap menjaganya menjadi bagian dari klub. Fans Si Nyonya Tua pun pastinya merasa lega mengetahui sang kawan sejati tetap berada di dekat mereka, mungkin untuk selamanya, seabadi persahabatan sejati.